Siap banting setir. Marketeers. Desember 2020-Januari 2021. Hal.100,101

Perusahaan harus lebih jeli melihat peluang dan membangun kolaborasi yang solid untuk menghadapi kenyataan baru di masa pandemi dan sesudahnya Mereka harus selalu siap mengubah strategi sewaktu-waktu di tengah situasi yang penuh kejutan.

Oleh Clara Ermaningtiastuti

Perekonomian dunia melesu akibat pandemi COVID-19. Hal tersebut dikarenakan berbagai pembatasan yang menyebabkan perputaran uang terganggu. Namun, bagi seorang entrepreneur, P masa sulit justru menjadi momentum untuk mencari peluang baru.

Founder and Chairman MarkPlus, Inc. Hermawan Kartajaya mengungkapkan bahwa para pengusaha memang harus melakukan sesuatu untuk memperkuat basis mereka di tahun-tahun berikutnya. Jika tidak melakukan berbagai persiapan sejak saat ini, mereka bisa ketinggalan.

Menurut Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (Bank BCA) Jahja Setiaatmadja, kelesuan ekonomi ini akan berlangsung lama. Pasalnya, spending power dari banyak orang menurun drastis namun ia optimistis hal ini masih bisa terkendali.

“Saat ini perputaran uang terganggu karena situasi yang ada. Masih banyak yang khawatir untuk beraktivitas di luar rumah dan berbagai kegiatan dilaksanakan secara online. Ini menyebabkan orang-orang yang punya uang tidak bisa melakukan pengeluaran,” ujar Jahja dalam acara Jakarta CMO Club bertajuk Preparing for Economic Recovery, November lalu. Namun, Jahja melihat ada potensi besar untuk pemulihan ekonomi. Terlihat dari kebutuhan domestik dan kemauan orang untuk spending yang cukup besar. Hal tersebut harus bisa dilihat sebagai peluang oleh para pengusaha untuk siap recovery.

“Jika ditanya mengenai strategi untuk tahun 2021, saya menggambarkannya seperti supir taksi di New York yang bisa maju dan berhenti di mana saja. Segala sesuatu bisa terjadi dan kita harus jeli serta siap menghadapi berbagai kejutan,” tutur Jahja.

Ia menambahkan bahwa kejelian harus didukung teamwork yang baik. Hal ini perlu diperhatikan untuk menghadapi new normal. Sehingga, jika harus banting setir sewaktu-waktu untuk mengubah strategi dengan kecepatan tinggi perusahaan selalu siap.

“Inilah yang dikatakan agile. Selain itu, penting juga bagi perusahaan untuk bisa fleksibel namun tidak melupakan adanya target yang harus tetap dijaga,” ungkapnya.

Sejak awal masuknya pandemi, semua bisnis berusaha bangkit. Berbagai strategi diterapkan, salah satunya digitalisasi yang memang bukan suatu hal baru tapi semakin dipercepat. Meski semua sisi didigitalisasi, Jahja mengungkapkan bahwa Bank BCA menyadari pentingnya human touch.

Bank BCA melihat adanya peningkatan setelah penurunan pada April lalu. Saat itu, mereka menyadari bahwa penjualan bisa terus berlanjut dengan interaksi langsung dengan nasabah. Namun, karena situasi yang belum membaik, platform virtual dipilih sebagai sarana.

Setelah dipraktikkan, Bank BCA kembali menemukan kebutuhan terhadap kolaborasi. Meski transaksinya terjadi secara virtual, ada kebutuhan dari nasabah untuk mendapatkan penjelasan melalui Halo BCA, chatbot atau video call.

“Kami melakukan pameran properti virtual yang hasilnya mengesankan. Meski begitu, kami kemudian melakukan riset untuk mengetahui apa benar nasabah kami benar-benar memahami pemanfaatan teknologi. Hasilnya, hanya 20% dari total yang bisa menggunakan layanan yang kami berikan tanpa human touch,” tutur Jahja.

Walau sudah memanfaatkan teknologi, masih banyak nasabah yang pergi ke cabang atau menghubungi Halo BCA untuk mendapatkan penjelasan lebih detail. Bank BCA menemukan bahwa nasabah yang sepenuhnya menggunakan layanan tanpa human touch datang dari generasi milenial atau Gen Z yang hidupnya tidak lepas dari teknologi.

Jaah sebelum pandemi, Bank BCA juga sudah memulai digitalisasi mereka salah satunya dengan aplikasi mobile banking yang terus mengalami peningkatan pengguna. Kendati demikian layanan konvensional tetap ada, hanya saja bagi generasi muda pilihan untuk menggunakan mobile banking dirasa lebih praktis.

Jahja mengakui bahwa mereka mendapatkan peningkatan nasabah yang luar biasa bersamaan dengan pengembangan mobile banking. Terlebih lagi, setelah Bank BCA mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membuka rekening tanpa harus pergi ke kantor cabang Nasabah bisa membuka rekening melalui aplikasi dan mendapatkan informasi dengan menghubungi Halo BCA.

“Pembukaan rekening secara konvensional setiap harinya mencapai 6.000 transaksi di 1.200 kantor cabang. Namun, setelah kami menambah fitur pembukaan rekening melalui aplikasi, kami menemukan jumlah transaksi 1000 sampai 7.000 setiap harinya. Ini menunjukkan bahwa fitur ini bisa melayani dengan kapasitas yang sama dengan 1.200 kantor cabang kami di seluruh Indonesia,” pungkas Jahja.

Selama pandemi sendiri, dorongan untuk beradaptasi dengan aplikasi mobile banking semakin tinggi. Terlebih lagi, kekhawatiran untuk pergi keluar masih ada dan berbagai kegiatan dirasa lebih nyaman dilakukan dari rumah.

“Dulu, kami dijuluki Bank Capek Antre karena banyaknya nasabah yang datang langsung bertransaksi di kantor-kantor cabang kami. Namun, penggunaan aplikasi mobile banking ini bisa mengurangi hal tersebut. Kini, sekitar 97% transaksi terjadi di luar cabang. Sisanya 3% yang masih bertransaksi di kantor cabang biasanya merupakan para nasabah yang masih memilih menggunakan cara konvensional atau transaksi-transaksi dengan nilai besar,” ujar Jahja.

M QUOTE

“JIKA DITANYA MENGENAI STRATEGI UNTUK TAHUN 2021, SAYA MENGGAMBARKANNYA SEPERTI SUPIR TAKSI DI NEW YORK YANG BIS MAJU DAN BERHENTI DI MAN SAJA. SEGALA SESU BISA TERJADI DA KITA HARUS JELI SERTA SIAP MENGHADAPI BERBAGAI KEJUTAN.”

Jahja Setiaatmadja Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk

 

 

Sumber: Desember 2020-Januari 2021. Hal.100,101

Semangat mengeksplorasi. Marketeers. Desember 2020-Januari 2021. Hal. 76,77

Para pelaku bisniggas industri mengalami tekanan signifikan. Di tengah kondis tersebut, PEAndka Gas Industri Tbk (AGI) justru bethad meningkatkan market share menka, Kunci suksesnya adalah semangat mengeksplorasi

Oleh Muhammad Perkasa Al Hafiz

Pandemi COVID-19 membawa banyak tantangan dan perubahan. Tidak terkecuali untuk para pemain gas industri yang mengemas berbagai gas untuk kebutuhan sektor manufaktur dan berbagai industri. Padahal di satu sisi, mereka harus menghadapi penurunan permintaan gas akibat ada sebagian pabrik yang tidak beroperasi selama pandemi. Namun, PT Aneka Gas Industri Tbk justru menemukan berbagai peluang baru.

“Pandemi ini melahirkan tren baru bagi bisnis kami. Ada segmen yang mengalami penurunan, di sisi lain ada segmen yang justru meningkat. Bisa dibilang kami cukup tahan terhadap kondisi krisis karena memiliki portofolio segmen yang banyak dan masuk ke segmen yang tepat. Saat ini, 20% konsumen utama kami ini hanya menopang 20% dari pendapatan. Dengan kata lain, kami tidak bergantung pada satu segmen saja,” ujar Rachmat Harsono, President Director PT Aneka Gas Industri Tbk.

Pada kuartal kedua 2020, permintaan gas untuk segmen medis mengalami penurunan. Meski begitu, pembangunan dan penambahan fasilitas kesehatan dan ruang isolasi mulai semarak. Beruntung, emiten dengan kode saham AGII ini memiliki banyak konsumen di segmen rumah sakit. Selain itu, AGII mempunyai dua portofolio bistis di segmen ini, yakni bisnis gas dan penjualan serta instalasi peralatan medis. Saat itu, AGII malai mengomunikasikan kemampuan mereka membangan ruang isolasi untuk kebutuhan tempat tinggal, apartemen, hotel, atau pun perkantoran yang membutuhkan ruang isolasi sendiri. Hasilnya, pada kuartal kedua 2020, bisnis hardware medis ini tumbuh lebih dari 30%. Sementara itu, sister company AGII, yakni Samator, memproduksi hidrogen peroksida untuk kebutuhan industri kertas hingga mengubah haluan bisnis mereka. Samator mulai memproduksi hand sanitizer dan disinfektan.

Setelah melihat kekuatan, perusahaan mulai melakukan piroting, Aktivitas below-the-line menjadi pilihan. Penetrasi ke berbagai rumah sakit hingga menggelar program CSR ke kantor-kantor pemerintahan, termasuk memaksimalkan database konsumen business-to-business (B2B) mereka lakukan.

Ketika jumlah pasien COVID-19 semakin banyak, kebutuhan oksigen meningkat, dan konsumen semakin aware untuk mengisolasi diri di rumah. Segmen kelas atas mulai meminta layanan home care ke rumah mereka. Untuk itu, perusahaan bekerja sama dengan rumah sakit dan menyediakan layanan ventilator oksigen portable. Hasilnya, pada kuartal ketiga 2020 permintaan gas untuk segmen ini mulai naik.

“Masuk ke segmen business-to-consumer (B₂C) ini berbeda dengan B2B. Mindset karyawan juga harus diubah. Segmen ini sangat demanding sehingga perusahaan harus benar-benar agile dalam melakukan penyesuaian dan layanan, meski kuantitas dari segmen ini cenderung tidak besar. Tapi, walau jumlahnya tidak banyak, word of mouth mereka akan sangat berpengaruh, Ini tantangan yang tak mudah,” tambah Rachmat.

Diversifikasi ini yang membuat AGII lebih kuat ketimbang para kompetitor yang cenderung hanya mengandalkan segmen industri yang sangat besar, seperti otomotif atau baja. Sedangkan AGII memiliki rentang segmentasi yang sangat banyak. Sehingga, ketika ada industri mengalami penurunan, masih bisa mengandalkan dari industri lain. Ditambah, karena perusahaan lokal, AGII cenderung lebih agile dalam melakukan pivoting. Hasilnya, tahun ini AGII bisa menguasai market share hingga 47%

“Industri ini sedang mengalami penyusutan hingga 30%. Melalui beragam strategi yang kami kerahkan, kami berhasil mencatatkan performa lebih baik dari rata-rata industri. Meski begitu, saya belum terlalu puas dengan hasil ini. Seharusnya, kami sudah bisa tumbuh lebih baik,” papar Rachmat.

Untuk itu, proses bisnis terus dibenahi. Perusahaan mulai membuat proses bisnis yang lebih canggih dengan mengandalkan teknologi. Harapannya, bisnis proses ke depannya akan lebih efisien hingga 40%. Rachmat memiliki target, semua proses bisnis bisa dilakukan secara online, semakin simpel dan cepat. Persiapan ini sebetulnya telah dilakukan sejak tahun 2016. Namun, berkat adanya pandemi, transformasi digital kian terakselerasi.

Teamwork

Setelah melakukan kajian dan merancang berbagai strategi, Rachmat menilai proses eksekusi menjadi kunci keberhasilan. Baginya, kesuksesan sebuah strategi tidak lepas dari peran sebuah tim solid dan pemimpin ideal. Baginya, seorang pemimpin harus memahami waktu dan budaya agar bisa maju.

“Kepemimpinan yang saya terapkan selalu terkait dengan teamwork. Pasalnya, orang itu selalu memiliki kelemahan dan kekurangan. Walaupun saya memegang posisi tertinggi di perusahaan, segala urusan selalu saya bicarakan di meja direksi dan jajaran direksi itu harus solid,” ujarnya.

Rachmat mencontohkan kerja sama tim ini menggunakan tools Gallup Strengthsfinder. La mengajak tim untuk mengingat masa-masa di bangku sekolah. Sewaktu sekolah siswa dituntut untuk memahami seluruh mata pelajaran. Dengan kata lain, jika ingin naik kelas harus bisa menyeimbangkan semua mata pelajaran. “Hal itu membuat jati diri kita menjadi tidak ada. We are good in everything but we are not expert in something,” katanya.

Menurutnya, di dunia kerja, hal ini yang harus diperhatikan. Orang tidak bisa hanya menjadi generalis atau menguasai semua hal. “Sebab itu, dibutuhkannya teamwork yang memiliki keahlian masing-masing. Sehingga, satu tim bisa berjalan kompak dan utuh,” pungkasnya.

M QUOTES

“Industri ini penyusutan hingga 30%. strategi yang kami kerahkan, mencatatkan performa lebih sedang mengalami Melalui beragam kami berhasil baik dari rata-rata industri. Meski begitu, saya belum terlalu puas dengan hasil ini. Seharusnya, kami sudah bisa tumbuh lebih baik,”

Rachmat Harsono President Director PT Aneka Gas Industri Tbk

 

 

Sumber: Marketeers. Desember 2020-Januari 2021. Hal. 76,77

Redefinisi komitmen merek. Markteers. Desember 2020-Januari 2021. Hal. 48,49

Prudential Indonesia mampu mengakselerasi bisnis mereka di pasar asuransi Tanah Air. Kuncinya adalah kejelian membaca tren pasar dan menciptakan materi komunikasi marketing yang relevan

Oleh Annisa Bella

Tagline Always Listening. Always Understanding mungkin telah melekat kuat di dalam benak masyarakat. Ketika mendengar topline tersebut, Anda mungkin menjadi salah satu orang yang langsung mengasosiasikan kalimat im dengan pemain asuransi asal Inggris,

Prudential. Memang, tagline lama tersebut identik dengan Prudential sebagai salah satu pemain asuransi yang cukup lama di Indonesia. Namun sejak tahun lalu, Prudential mengembangkan tagline tersebut menjadi Listening, Understanding, Delivering.

Brand commitment baru yang dibangun Prudential mencerminkan cara Prudential bekerja, yakni bukan sekadar mendengarkan (listening) dan memahami (understanding), melainkan juga mewujudkan (delivering), Prudential mencoba memperluas life insurance menjadi living insurance untuk memastikan jika Prudential ada di setiap tahap kehidupan nasabah.

Menurut Chief Marketing & Communications Officer Prudential Indonesia Laskito Hambali, produk asuransi bukan hanya produk life insurance yang mencakup asuransi jiwa kematian, melainkan juga dapat melindungi selama nasabah masih hidup (living insurance).

Luskito kemudian mengangkat living insurance sebagai sebuah konsep komunikasi pemasaran baru yang lebih luas guna menarik calon nasabah. Living insurance sendiri ditujukan bagi nasabah ketika mereka masih hidup, sehingga manfaat proteksi yang diterima dapat dirasakan oleh nasabah yang bersangkutan, seperti asuransi kesehatan maupun kecelakaan.

Prudential membagi living insurance ke dalam tiga ranah besar, yakni living insurance yang bersifat mencegah penyakit atau kecelakaan (prevent), menunda agar penyakit tidak semakin berat (postpone), dan menyediakan produk-produk saat risiko yang mungkin terjadi (protect).

Beragam bentuk komunikasi ini berjalan beriringann dengan produk-produk yang ditawarkan oleh Prudential. “Dengan cepat, Prudential menciptakan berbagal Inovasi produk agar tetap relevan dengan kebutuhan pasar. Jika semula proses untuk meluncurkan sebuah produk asuransi memakan waktu sekitar satu hingga dua tahun, kini berbagai inovasi hadir hanya dalam hitungan bulan,” ujar Luskito, Sebut saja inovasi PRURide yang begitu cepat meluncur di pasaran berkat tren gaya hidup sehat di Indonesia. Tren yang diamati Prudential ini senada dengan hasil survei yang dilakukan The Institute for Transportation and Development Policy (TTDP). Terjadi lonjakan penggunaan sepeda hingga sepuluh kali lipat atau meningkat 1.000% saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta. Seiring tren selama periode ini, rata-rata penjualan sepeda turut meningkat hingga 30%.

PRURide sendiri merupakan sportsfest terbesar yang digelar oleh Prudential dengan melibatkan ribuan partisipan olahraga bersepeda. Gelaran ini menggabungkan gaya hidup sehat dengan musik, makanan, dan berbagai atraksi lain di dalam satu acara. Sportfest ini juga merupakan upaya Prudential dalam membantu memajukan sport tourism di Indonesia.

Gelaran ini memungkinkan Prodential menjangkau partisipan lebih luas. Hal ini terlihat dari asal dan usia para peserta yang beragam. Lebih dari 3.000 peserta berasal dari luar Jakarta, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, hingga Papua. Peserta termuda PRURide Indonesia 2020 Virtual Ride berusia 16 tahun, sedangkan yang tertua berusia 70 tahun.

Transformasi

Lankap perubahan yang begitu dinamis membuat Prudential tak henti untuk melakukan inovasi. Untuk tetap mempertahankan posisi sebagai market leader, Prudential Indonesia telah mempersiapkan diri melakukan transformasi digital.

Berbagai jenis agile methodology dicoba untuk menemukan jenis metode yang paling sesuai dengan nadi perusahaan asuransi tersebut. “Berawal dari bidang IT, kami memperluas ranah transformasi digital ke lini produk, dan kini menyentuh hamper seluruh bagian dalam perusahaan,” kata Luskito Ternyata, apa yang telah dipersiapkan Prudential beberapa tahun lalu itu justru membaat mereka siap dalam menghadapi kondisi yang tak terduga (COVID-19). Maret lalu, Prudential langsung meluncurkan berbagai jenis layanan digital mereka yang bersifat end-to-end untuk dapat dinikmati oleh setiap pihak yang terlibat di dalam bisnis mereka.

Kesiapan infrastruktur digital Prudential memungkinkan agen asuransi memasarkan produk dengan jangkauan lebih luas, tanpa harus bertatap muka secara langsung. Termasuk, memungkinkan proses on boarding tenaga penjualan, penjualan polis ke nasabah, penerbitan e-polis, hingga proses klaim secara digital. Seluruh proses operasional dilakukan secara paperless melalui PRUForce.

Selain itu, Prudential turut meluncurkan aplikasi mobile, Pulse by Prudential yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat. Melalui teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) dan layanan yang lebih personal ini, Prudential menawarkan layanan kesehatan yang terintegrasi.

“Jika dari sisi produk, distribusi, dan pendekatan yang dilakukan masih menggunakan cara lama, kami tidak akan relevan dengan pasar. Bersyukur, apa yang telah kami siapkan sejak beberapa tahun lalu membuat kami tidak terlalu kewalahan saat pandemi terjadi,” jelas Luskito.

Meski tak menyebutkan secara spesifik besaran investasi yang digelontorkan untuk bertransformasi, namun Luskito menegaskan keseriusan Prudential dalam melakukan transformasi digital.

Bahkan, Prudential Indonesia tak segan mengambil dana cadangan atau Risk Based Capital (RBC) mereka. Hal ini tentu penuh dengan perhitungan, dan salah satu alasan yang membuat Prudential berani mengambil langkah ini adalah karena perusahaan tersebut memiliki sekitar empat hingga lima kali lipat dana cadangan dari minimum 120% dana cadangan yang diatur oleh pemerintah.

Seluruh transformasi ini merupakan upaya Prudential untuk menjangkau generasi milenial dan Z. Menurut Laskito, kedua generasi ini tak sama seperti generasi orang tua mereka. Mereka tidak lagi sekadar melihat suatu produk dan apa manfaat yang dapat mereka terima, melainkan melihat apakah perusahaan tersebut memberikan dampak yang luas bagi masyarakat.

Luskito kemudian mencoba mengawinkan apa yang menjadi concern target nasabah saat ini dengan berbagai aktivitas yang dilakukan Prudential. Sebagai contoh, Prudential selalu menyematkan unsur donasi di dalam kegiatan (event) mereka. Bukan lantaran untuk berpura-pura agar dapat menarik nasabah, melainkan memang menjadi bagian dari visi misi perusahaan untuk membawa manfaat bagi sekitar. Berbekal passion di bidang marketing, digital engagement, dan customer enablement, Luskito sukses memimpin tim marketing dan komunikasi Prudential Indonesia untuk meningkatkan brand awareness melalui kampanye WE DO.

“Unsur pembeda pemasaran Prudential mengambil pendekatan holistik. Bukan hanya menawarkan produk dan layanan, melainkan juga mengajak masyarakat untuk lebih aktif dan sehat secara mandiri sehingga terlindung secara jasmani, mental, dan finansial,” tutup Luskito.

M QUOTES

“Unsur pembeda pemasaran Prudential mengambil pendekatan holistik. Bukan hanya menawarkan produk dan layanan, melainkan juga mengajak masyarakat untuk lebih aktif dan sehat secara mandiri sehingga terlindung secara jasmani, mental, dan finansial,”

Luskito Hambali Chief Marketing & Communications Officer Prudential Indonesia

 

 

Sumber: Markteers. Desember 2020-Januari 2021. Hal. 48,49

Perluas kolaborasi.Marketeers. Desember 2020-Januari 2021.Hal. 46,47

Banyak perusahaan di industri multifinance yang mengalami penurunan kinerja akibat pandemi. Namun, PT Pegadaian (Persero) berhasil tumbuh dengan baik meski di masa sulit.

Oleh Clara Ermaningtiastuti

Sebelum pandemi ini terjadi, PT Pegadaian (Persero) menargetkan perubahan porsi produk gadai dan non gadai mereka pada tahun 2023 mendatang. Terlebih lagi, dengan rencana Pegadaian mengembangkan produk fintech. Namun, rencana tersebut harus ditunda karena banyak nasabah yang terdampak pandemi. “Berbeda dengan krisis yang dihadapi Indonesia pada tahun 1998 dan 2008 yang berdampak pada korporasi. Saat ini, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) menjadi yang paling merasakan. Sehingga kami pikir, prodak gadai harus kami optimalkan,” ujar Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) Kuswiyoto.

Masyarakat Indonesia saat ini membutuhkan dana-dana jangka pendek untuk menyambung kehidupan atau mulai membuka usaha. Meski banyak usaha yang terpaksa berhenti, namun tidak sedikit pula yang memulai. Selain itu, perlu diperhatikan pula masyarakat di golongan menengah ke atas.

Kuswiyoto menjelaskan, meski menyandang label golongan menengah atas, sebagian dari mereka tidak memiliki likuiditas. Penyebabnya beragam, mulai dari kurangnya order pekerjaan, kebanyakan likuiditas mereka berbentuk aset tidak bergerak, dan lainnya. Peluang itulah yang dilihat sebagai pasar baru Pegadaian. Untuk memperluas pasar dan saluran transaksi, Pegadaian menerapkan strategi kolaborasi dengan berbagai pihak. Saat ini, setidaknya ada lebih dari 700 perusahaan yang bekerja sama dengan Pegadaian.

Selain kerja sama untuk memperluas pasar, Pegadaian juga melakukan kolaborasi dengan e-commerce dan retailer untuk meningkatkan layanan kepada nasabah,

“Kami menyadari sekarang adalah zamannya e-commerce. Karena itu, kami menggandeng pemain e-commerce dengan harapan bisa mempermudah nasabah dalam melakukan transaksi. Peningkatan pengguna e-commerce selama pandemi berdampak positif bagi Pegadaian,” kata Kuswiyoto.

Tokopedia dan Shopee menjadi nama- nama e-commerce yang sudah bekerja sama untuk produk Tabungan Emas. Sedangkan untuk e-commerce lain seperti JD.ID, Blibli, dan OLX, Pegadaian memasarkan produk Amanah dengan cukup baik. Hal tersebut terlihat dari adanya peningkatan nasabah.

Melihat perkembangan yang baik dari e-commerce, Pegadaian juga terus mengembangkan Pegadaian Digital Service. Layanan ini merupakan upaya dari Pegadaian untuk memudahkan masyarakat yang membutuhkan layanan digital. Fitur-fitur yang ada terus ditingkatkan agar pengguna merasa aman bertransaksi.

“Hingga September 2020, Pegadaian Digital Service mengalami peningkatan hingga 50%. Layanan ini banyak membantu kami dan nasabah untuk penghematan biaya. Layanan digital ini membuat transaksi aman, cepat, dan murah,” tutur Kuswiyoto.

Pengguna Pegadaian Digital Service saat ini mencapai tiga juta nasabah. Pegadaian sendiri menyadari bahwa perlu kesabaran agar nasabah man pindah ke pelayanan berbasis digital. Pasalnya, tidak semua nasabah bisa dengan cepat beradaptasi ke digital, khususnya generasi tua.

Berbagai usaha dilakukan untuk memperkuat edukasi di masyarakat untuk mengenal layanan digital ini. Pegadaian bahkan menyiapkan insentif bagi karyawan yang berhasil mengedukasi masyarakat. Sedangkan untuk nasabah yang menggunakan Pegadaian Digital Service, Pegadaian menyiapkan gimmick.

Selain itu, Pegadaian juga berusaha menggaet golongan menengah ke atas yang kelebihan likuiditas. Selama pandemi, Tabungan Emas menjadi salah satu produk Pegadaian yang cocok bagi mereka yang memiliki idle cush, tapi tidak tahu harus disalurkan ke mana. Hingga September 2020, nasabah Tabungan Emas di Pegadaian berjumlah mencapai lima juta nasabah. Hal ini tampaknya merupakan dampak dari kenaikan harga emas yang cukup tinggi sehingga produk ini laris manis di pasaran. Namun, Kuswiyoto mengatakan pencapaian tersebut tidak mudah didapatkan. Dalam empat bulan terakhir, mereka terus melakukan edukasi. Salah satu cara yang diambil adalah berkolaborasi dengan influencer.

“Di saat krisis, harga emas bisa mengalami peningkatan hingga 30% dan bisa sangat menguntungkan untuk jangka panjang. Jika kita simpan dalam tabungan rupiah yang bukan deposito, bunganya hanya 1-2% saja. Tetapi, return dari emas akan jauh lebih besar. Sehingga, tabungan ini bisa menjadi produk yang sangat menguntungkan untuk jangka pendek maupun jangka panjang,” jelas Kaswiyoto.

Jika bicara mengenai target, hingga akhir Oktober 2020, Pegadaian mengalami pertumbuhan outstanding loan hingga 19% year on year. Sedangkan untuk omzet sendiri naik 17% dan jumlah nasabah meningkat secara keseluruhan hingga 16%. Laba memang agak berkurang dikarenakan banyak nasabah yang berasal dari UKM belum dapat mengembalikan pinjamannya. Kendati demikian, Pegadaian mengalami pertumbuhan yang cukup baik.

Mei lalu, Pegadaian menghadirkan program gadai tanpa bunga untuk pinjaman hingga Rp 1 juta yaitu Gadai Peduli. Tidak hanya membantu masyarakat, lewat program ini, Pegadaian juga mengakuisisi nasabah baru. “Kondisi pada tahun 2021 tampaknya masih berat untuk industri keuangan. Restrukturisasi sudah diperpanjang setahun lagi. Kondisi tahun depan, saya kira akan hampir sama dengan yang ada saat ini.

Sebab itu, kami mempersiapkan digitalisasi untuk menjadi lebih kuat memberikan layanan,” katanya. Kuswiyoto menegaskan bahwa digitalisasi ini bukanlah competitive advantage, tetapi suatu keharusan. Karena itu, Pegadaian juga sudah berinvestasi untuk mengembangkan teknologi yang sudah ada demi memperlancar berbagai strategi ke depannya.

Pegadaian berencana untuk fokus pada produk gadai karena produk ini tergolong low risk. Kendati demikian, Pegadaian juga sadar dengan kehadiran para pesaing yang kini mencapai lebih dari 90 perusahaan swasta, termasuk di dalamnya bank-bank syariah dengan produk serupa.

“Pegadaian selalu siap kolaborasi dengan berbagai pihak pada tahun 2021. Harapannya dengan kolaborasi ini, Pegadaian bisa menjangkau nasabah yang masih bergantung pada rentenir dan beralih ke akses keuangan yang lebih sehat,” pungkasnya.

M QUOTES

“Kami menyadari sekarang adalah zamannya e-commerce. Karena itu, kami menggandeng pemain e-commerce dengan harapan bisa mempermudah nasabah dalam melakukan transaksi.”

Kuswiyoto Direktur Utama PT Pegadaian (Persero)

 

 

Sumber: Desember 2020-Januari 2021.Hal. 46,47

Menjadi pemimpin tangguh. Marketeers. Desember 2020 – Januari 2021. Hal.14,15

Perjalanan karier Lala Eka Nilam, Head of Acquisition ShopeePay, tidak melulu berjalan mulus. Perempuan yang awalnya enggan terjun di industri keuangan ini justru menjadi salah seorang yang berperan dalam mengenalkan layanan pembayaran digital ke para pelaku usaha di Indonesia

Berbagal hal telah dialami Lala, sapaan akrabnya, la pernah diremehkan pernah pula membuktikan bahwa ketidaktahuannya berhasil menjadi batu loncatan baru untuk mengembangkan diri. Hingga mengantarkan dirinya sebagai jajaran pemimpin perempuan di tengah persaingan bisnis keuangan digital yang semakin ketat

Bagi Lala, perjalanan kariernya yang tidak semarils permen kapas Perempuan yang telah berkutat lebih dari sepuluh tahun sebagai business development layanan pembayaran digital ini ternyata pernah mengalami beratnya melepas tim solid yang sudah la bangun. Simak kisahnya yang la sampaikan kepada Ellyta Rahma dari Marketeers berikut ini.

MY BEST

Lebih dari 12 tahun lalu, saya mengawali karier sebagai secretary event organizer yang sekaligus menjadi perkenalan saya dengan industri kreatif profesional. Namun sayangnya, saya tidak merasa enjoy. Ada perasaan bahwa industri tersebut bukan untuk saya. Apalagi, dengan pola kerja yang tidak menentu. Bisa sangat sibuk saat sedang ada proyek, tapi bisa tidak melakukan apa-apa saat proyek kosong. Saat sibuk pun bisa memakan waktu yang tidak main main. Pulang bekerja di pagi hari sudah hal biasa.

Saat sedang mempertimbangkan karier, hidup membawa saya berkenalan dengan layanan pembayaran digital. Saat itu, layanan ini memang belum digunakan secara luas. Perusahaan-perusahaan yang menawarkan kebanyakan masih dalam tahap pengembangan. Namun, saya memiliki feeling yang baik dengan bisnis ini. Hingga akhirnya bergabung dengan Kartuku, fintech penyedia layanan pembayaran pihak ketiga, sebagai business development manager. Di sinilah, saya seperti memulai hidup baru.

Lucunya, sebelumnya saya melihat dengan sebelah mata karier di industri keuangan. Di mata saya, orang-orang yang bekerja di industri ini adalah nerd. Terlalu serius dengan goals, desain jam kerja yang terkesan kaku, dan peraturan kerja serta Key Performance Indicator (KPI) ketat. Anggapan ini mungkin juga terpengaruh dengan lingkungan pendidikan dan karier pertama saya yang berbasis pada industri atif yang terkesan lebih fleksibel. Namun siapa sangka, keputusan untuk terjun ke dunia yang sebelumnya sangat saya hindari justru menjadi pilihan terbaik dan kemudian menjadi salah satu hal terbaik dalam perjalanan karier saya. Bersama Kartuku, saya merasakan perjuangan membangun sebuah layanan dari belum populer hingga digunakan oleh banyak orang.

Saya merasa puas saat layanan yang saya ikut terliba: psda akhirnya digunakan oleh banyak orang. Ini masih terbawa hingga sekarang saat saya menawarkan layanan ShopeePay ke para pelaku bisnis. Saya merasa senang karena apa yang saya lakan memberikan dampak kebaikan pada masa depan orang lain.

Proses terbaik sebagai orang di balik digitalisasi perbayaran tentu bukan hanya itu. Ada proses edukasi yang butuh kanan, dari soal manfaat layanan digital hingga pentingnya rageliminasi uang kas untuk menjaga keamanan bisnis. Lewat layanan ini rasanya saya berhasil menghadirkan solusi untuk kemajuan hidup orang lain. Kebahagiaan ini bertambah ketika inisiatif menggunakan layanan itu datang sendiri dari pelaku usaha. Rasanya kerja keras ini terbayar lunas.

MY WORST

Every journey have their good and bad moments. Termasuk apa yang pernah saya rasakan di perjalanan karier ini. Pengalaman ditolak mungkin pernah dialami oleh hampir semua orang yang bekerja di industri ini. Hal ini biasa. Di tengah perkembangan teknologi yang terjadi sangat cepat, ada kelompok orang yang tidak bisa bergerak secepat perkembangan itu. Sebagai orang di balik perkembangan ini, sudah seharusnya menyadari bahwa penolakan adalah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan. Get creative.

Untuk itu, saya tidak akan mengatakan bahwa masa terburuk di perjalanan karier saya adalah penolakan tersebut. Masa-masa terburuk itu justru datang saat saya sudah berada di jajaran pemimpin. Saat itu, posisi saya adalah Head of Merchant Business dan Kartuku mengalami kondisi terburuk hingga akhirnya bergabung dengan Gojek. Secara bisnis, semestinya kondisi pascamerger akan memperbaiki keadaan. Namun nyatanya, perubahan ini menuntut perombakan besar, termasuk karyawan.

Dengan berat hati, saya harus memberhentikan tim yang sehari hari telah bekerja bersama. Saat itu, menjadi waktu terberat untuk saya. Namun, tentu saja saya tidak bisa mengedepankan ego dan perasaan untuk menentukan keputusan strategis.

Saya harus menjadi thought leader dengan prinsip bahwa sebagai pemimpin, saya harus bisa melakukan hal-hal di luar kemampuan. Contohnya, kemampuan untuk melepas tim yang sudah menjadi bagian dari hidup saya. Pada akhirnya, melepas tim yang selama ini saya pimpin memunculkan tekad bahwa saya harus bisa lebih baik dalam mengelola orang-orang.

Tekad itu masih saya bawa hingga sekarang. Bersama tim di ShopeePay, saya berusaha memperluas dampak layanan pembayaran digital di Indonesia dan tingkat regional. Saya memperlakukan tim sebagai keluarga yang profesional. Saya berusaha menghargai mereka sebagai individu yang bekerja bersama, tapi tidak melupakan batasan bahwa mereka juga memiliki kehidupan pribadi. Hasilnya, tim tetap bisa bekerja sama dan memiliki koneksi yang erat, namun tidak sampai merasa kesulitan untuk membedakan koneksi pribadi dan profesional.

M QUOTES

“DENGAN BERAT HATI, SAYA HARUS MEMBERHENTIKAN TIM YANG SEHARI-HARI TELAH BEKERJA BERSAMA.”

Lala Eka Nilam Head of Acquisition Shopee Pay

 

 

Sumber: Marketeers. Desember 2020 – Januari 2021. Hal.14,15

Self Leadership. Kompas. 30 Januari 2021.Hal.7

Seorang atasan mengeluhkan seorang manajer di bawahnya yang cerdas dan berprestasi bagus, tetapi tidak bisa melakukan bimbingan kepada anak buahnya. Ia memang melakukan koordinasi dan pemecahan masalah, tetapi tidak memberikan umpan balik yang membuat performa kerja anak buahnya berkembang menjadi lebih baik.

Dalam pembicaraan empat mata dengannya, tambak bahwa memberi masukan kepadanya pun tidak mudah. Semua masukan dari hasil assessment tentang kepribadiannya cenderung ia bantah dengan, “Kalau saya memang begini, kenapa? Apa saya harus berubah? Kalau tidak bisa, bagaimana?” atau “Ya, itu sudah saya lakukan. Saya sudah banyak berubah kok sekarang.”

Setiap manusia memang pasti memiliki kekurangan dan kelebihan, tetapi bisakah Anda membayangkan orang yang tetap begitu saja dan tidak mau mengembangkan diri? Di sinilah self leadership berperan. Orang sering berpikir untuk meningkatkan dan memperbaiki keterampilan leadershipnya, tetapi lupa bahwa leadership yang efektif didahului oleh self leadership. “Self-leadership is the practice of intentionally influencing your thinking, feeling, and actions towards your objectives” (Bryant and Kazan, 2012).

Walaupun studi mengenai kepemimpinan sudah lama dilakukan, self leadership tampaknya baru disebut pada 1983 oleh Charles Manz yang mendefinisikannya sebagai: “a comprehensive self-influence perspective that concerns leading oneself”. Peter Drucker juga mengatakan, sebelum seseorang menjadi chief, captain, atau CEO, ia harus menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri dulu. Ia harus menentukan tujuan yang ingin ia raih dalam hidupnya, berusaha mencapainya, dan bertanggung jawab terhadap pencapainnya.

Mastering others is strength. Mastering yourself is true power,” -Lao Tzu

Banyak sekali yang merasa, latihan kepemimpinan sulit mendapatkan hasil yang terlihat signifikan dalam waktu singkat. Padahal, kepemimpinan ini masih bersifat eksternal. Apalagi self leadership yang lebih bersifat inner game. Individu yang ingin mengembangkan self leadershi-nya harus menyadari intensi, rasa percaya diri, dan keyakinan dirinya terlebih dahulu.

Intensi selalu mempertanyakan “mengapa” kepada diri sendiri. Mengapa saya mengambil tindakan ini atau mengapa saya berbicara seperti ini.

Self awareness berkenaan dengan menyadari intensi dan nilai-nilai yang kita anut, tentang apa yang membuat kita bergerak, terganggu, ataupun menarik diri.

Self confidence bersumber dari kesadaran akan kekuatan dan kelemahan kita sehingga sigap menyusun strategi pengembangan diri.

Self efficacy adalah keyakinan bahwa kita bisa menanggulangi apa pun rintangan yang menghalangi. Kemampuan untuk menerima dan menggarap umpan balik serta melihat efeknya terhadap pengembangan diri.

Bila inner game ini dijalankan dengan baik, kita akan mendapat dua kekuatan baru sekaligus dalam proses kepemimpinan. Influence sebagai hasil dari purpose yang jelas dan kita yakini betul. Kita dengan mudah menularkan semangat untuk berubah. Penguasaan self leadership kita akan membawa impact yang besar.

Komponen yang utama dalam memimpin diri sendiri adalah bagaimana kita melihat dan mengelola masalah. Individu dengan self leadership yang kuat, mampu mengambil tanggung jawab untuk memecahkan masalah. Seorang pemimpin tidak mungkin berharap orang lain yang memimpin pemecahan masalah. Ia sendiri yang harus mendorong kreativitas tim dalam berpikir kritis dan berkolaborasi.

3 pilihan “self leadership”

Mereka yang memiliki self leadership yang kuat akan mampu menyeimbangkan kebutuhan pribadinya dengan organisasi. Ada tiga pilihan yang dihadapi seorang pemimpin: pertama, melakukan dengan caranya, kedua melakukan sesuai dengan keinginan organisasi, dan ketiga mencari jalan agar kita dan organisasi berjalan berdampingan dan tumbuh bersama.

Dalam memimpin, ada saat-saat ketika tidak sejalan dengan situasi, pelanggan atau otoritas tertentu. Di sinilah pemimpin perlu menyinkronkan antara kehendak jati dirinya dan tuntutan eksternal.

Implementasi “self leadership”

Pernahkan kita melihat seorang pemimpin yang tetap tenang ketika krisis melanda, bahkan terus memimpin timnya menembus kesulitan? Seorang pemimpin harus mampu memimpin timnya dengan tujuan jangka pendek, panjang, bahkan dalam menghadapi krisis. Di sinilah self leadership berperan.

Ada beberapa strategi berikut ini, yang bisa dilakukan para self-leaders agar bisa sukses.

Perjelas nilai yang dijunjung tinggi. Kepemimpinan akan tergambar dari bagaimana kita berhubungan dengan kolega dan stakeholder lain serta bagaimana kita mengambil keputusan. Hal ini didasari oleh nilai dan prinsip yang kita pegang. Bila kita memahami nilai-nilai kita sendiri, kita akan semakin engage dan dapat mengirim pesan yang jelas pada para pengikut sehingga mereka tahu alasannya mengikuti kita.

Kembangkan “common language” dengan pengikut. Bila antara pemimpin dan pengikut tidak ada pemahaman yang sama, proses kemajuan yang diharapkan akan sulit terjadi.

Rancang kemenangan Anda. Menggerakkan tim tidak sama dengan menggerakkan diri sendiri. Karenanya, kita perlu membuat rencana detail menuju kemenangan, meninjaunya dari hari ke hari, agar pengikut juga bisa mengejarnya dengan derap yang sama. Kita juga perlu mengantisipasti tantangan yang mungkin muncul dalam perjalanannya dan bereaksi dengan bijak sesuai dengan nilai yang kita anut.

Dalam setiap kepemimpinan, self awareness yang kuat dan kemampuan memanfaatkan pengetahuan tentang diri sendiri ini akan membuat kita menjadi pemimpin yang kuat. Empowerment is a concept; sel-leaderhip is what makes it work. Empowerment can’t exist, won’t work and is meaningless without self leaders – people who passes the ability, energy and determination to accept responbility for success in their work-related role.

EILEEN RACHMAN & EMILIA JAKOB

EXPERD

HR CONSULTANT/KONSULTAN SDM

 

 

Sumber: Kompas, 30 Januari 2021

Inovasi di Tengah Rasa Sulit. Bisnis Indonesia. 23 Januari 2021.Hal.6

Setelah berdamai dengan Covid-19 mungkin terlalu berlebihan untuk digu nakan.  Yang jelas bagi masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, virus korona justru menjadi inspirasi dalam membuat motif batik.

Batik dengan motif gambar virus corona yang diproduksi oleh Rumah Batik Dewi Busana Lunang dan ada cerita yang menarik di baliknya.  Sang perajin merupakan penyintas Covid-19.

Dewi Hapsari Kurniasih (44) sehari-hari memang berprofesi sebagai seorang pengrajin batik di Pesisir Selatan.  Batik yang populer berkembangnya adalah Batik Mandeh Rubiah dan Batik Tanah Liek yang pernah populer di tingkat nasional.

Dewi mengungkapkan dirinya dinyatakan positif Covid-19 tepat jelang penutupan 2020. Entah dari mana dia terpapar, yang jelas kejadian tersebut seakan menjadi berkah yang tersembunyi.

Namun, hari-hari yang dilalui Dewi tidak mudah.  Dua orang pekerjanya juga dinyatakan positif Covid-19 sehingga harus melakukan isolasi mandiri.

Di tengah kesendirian itu, akhirnya Dewi akhirnya terpikir untuk menjadikan bentuk virus corona sebagai motif batik.  Tak disangka-sangka, motif batik justru kebanjiran pesanan.

“Saya awalnya memang lagi cari-cari ide untuk motif batik yang baru. Jadi, ketika saya terpapar Covid-19 dan mengharuskan isolasi mandiri saya merasa suntuk dan mencoba membuat gambar corona,” kadirinya tanya kepada Bisnis.

Awalnya, Dewi uji coba motif batik terse- tetapi dan belum menemukan komposisi wama yang cocok.  Lambat laun, dia memutuskan untuk menggunakan warna- warna cerah.

Warna terang yang diingin- kan Dewi ternyata memiliki alasan.  Mehurutnya, berkaca dari pengalaman yang dialam- inya itu, penting mendorong orang untuk selalu menjaga kesehatan dan tetap semangat hidup meski sedang terpapar Covid-19.

“Warna terang itu artinya semangat. Penting untuk menginspirasi banyak orang,” tegasnya.

Warna motif batik korona yang berubah oleh Dewi itu mencakup jingga, kuning, biru, hijau, dan merah, dengan perang- na kain dasar hitam.

Selanjutnya, dengan penuh percaya diri, Dewi mengusik ke Dewan.  Kerajinan Nasional Daerah Pesisir Selatan agar diberi kesempatan menampilkan motif batik.

Saat ini, pesanan yang ma- suk untuk batik motif corona telah mencapai ratusan potong.  Pesanan itu datang dari instansi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan serta salah satu SD IT di Painan.

“Saya menjual batik dengan model dua pilihan. Pertama, motif batik korona yang dibuat menggunakan percetakan dan yang kedua menggunakan kain putihnya, juga bisa disesuaikan,” ucapnya.

Motif batik Corona dengan metode printing dijual de- ngan harga Rp50.000 hingga Rp60.000 per meter.  Harga akan bervariasi sesuai dengan pilihan jenis kain putih yang digunakan.

Untuk motif batik korona yang diproduksi dengan cara dicat, harganya mencapai Rp225.000 hingga Rp250.000 per 2 meter.

Sementara itu, Ketua Dekranasda Pesisir Selatan Lisda Hendrajoni menjelaskan kera-jinan batik di Pesisir Selatan sudah berkembang sejak empat tahun terakhir dan terkenal di tiga kecamatan dari 15 kecamatan.

Saat ini, di Pesisir Selatan ada lebih dari 200 perajin aktif yang memproduksi batik di tiga kecamatan tersebut.

“Saya sangat senang adanya motif baru muncul. Artinya, perajin kita masih mampu mengembangkan produktivitas di tengah-tengah ini,” tutur Lisda.

  PERAJIN BALI

Apa yang terjadi di Pesisir Selatan sejatinya terjadi pula di banyak tempat di Indonesia.  Seperti yang terjadi di Bali, misalnya, di mana pandemi Covid-19 berbagai inovasi baru.

Meski dilanda kondisi yang serba sulit sejak tahun lalu, pengrajin perak di Bali tidak akal sehat untuk tetap menjalankan bisnisnya dengan membuat gantungan masker yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Perajin perak binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Putu Sudi nyani mengatakan permintaan gantungan masker dari ba- han nonperak dalam waktu satu hari dapat mencapai 600 buah dengan harga mulai dari Rp25.000 sampai Rp35.000.

Gantungan masker dari perak senilai Rp1 juta hingga Rpl, 2 juta tetap diproduksi, hanya saja permintaannya tidak sebanyak produk berbahan nonperak.

“Gantungan masker dari bahan nonperak ini dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Kalau yang dari bahan perak tetap ada yang membeli, tapi tidak terlalu banyak,” tutur pemilik Bara Silver ini saat dihubungi Bisnis.

Menurutnya, saat ini permintaan gantungan masker masih didominasi oleh pekerja kan- toran sehingga pernak-pernik yang digunakan dapat seragam.

Terkait banyak yang menaMenampilkan produk serupa dengan harga sekitar Rp5.000 di pasar, diameternya tidak terlalu lama karena memiliki desain dan kualitas produk yang lebih baik.

“Kami punya desain sendiri, bahannya juga bahan pilihan, sehingga tidak takut dengan persaingan di luar,” katanya.

Disinggung mengenai dampak pandemi terhadap usaha peraknya, wanita asal Celuk Sukawati ini menjelaskan bahwa permintaan produk dari perak memang menurun secara drastis karena ekonomi masyarakat Bali sangat terdampak Covid-19.

Untuk menyiasatinya, pihak- nya tetap membuat kerajinan dari bahan logam lain, alpaka, kuningan, dan gempa sehingga 30 orang pengrajin logam yang bekerja sama dengan masih tetap dapat berproduksi.

Selain gantungan masker, dia juga membuat kalung, cincin, dan bros dengan harga yang dapat dicapai oleh masya- rakat dalam keadaan ekonomi yang tidak menentu seperti sekarang ini.

“Dulu produksi perak di- bandingkan nonperak sebesar 50:50. Kalau sekarang, produksi dari nonperak mendominasi hingga 80%,” tambahnya.

Harus, pandemi Covid-19 memang telah menghadirkan banyak luka dan kesedihan bagi sejumlah sektor usaha, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah.  Namun, dengan inovasi dan kegigihan, selalu ada celah dalam meraih berkah.  (k56 / k44) B

 

Sumber: Bisnis Indonesia. 23 Januari 2021.Hal.6

Peluang Budidaya Makadamia.Tabloid Kontan.23-29 April 2018.Hal.23

Oleh F. Rahardi, Pengamat Agribisnis

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tahun 2017 Indonesia mengekspor makadamia gelondong dan kupas 260 kilogram senilai US$ 2.578. Dengan Kurs Rp 13.781 per dollar AS, nilainya Rp 35,5 juta atau Rp 136.648 per kilogram.

Tapi pada 2017, Indonesia juga mengimpor makadamia kupas dengan volume 6.862 kilogram senilai US$ 145.100 (sekitar Rp 1,9 miliar) atau per kilogram Rp291.405,29. Harga per kilogram makadamia impor dua kali lipat harga ekspor makadamia kita

Ekspor makadamia Indonesia berasal dari Perkebunan Kopi Kalisat Jampit, PT Perkebunan Nusantara XII di Pegunungan Ijen, Jawa Timur. Perkebunan kopi arabika ini menanam makadamia sebagai peneduh jalan, dan sudah memproduksi kacang makadamia sejak dekade 1980. Pohon induk makadamia di kalisat Jampit ditanam pada decade 1920 saat pembukaan kebum pada jaman Belanda. Selain di kalisat Jampit, pohon induk makadamia juga ada di Kebun Raya Cibodas, Blai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), dan Kebun Percobaan Manoko (Lembang), di Jawa Barat.

Meskipun masih sangat kecul, ekspor makadamia Indonesia itu menandakan adanya peluang membudidayakan komoditas ini.

Australia merupakan pengahasil macadamia terbesar di dunia. Maklum komoditasa ini memang asli Australia. Macadamia baru diketemukan (diketahui) dunia Barat tahun 1828. Ahli botani Inggris, Allan Cunningham, yang datang ke Australia untuk eksplorasi tumbuhan, menemukan jenis nut baru ini. Tapi Australia cuek. Yang menangkap peluang budidaya macadamia justru Hawaii dan Afrika Selatan. Baru belakangan Australia menyadari kesalahan itu, dan membudayakan secara besar – besaran.

Makadamia (genus macadamia), merupakan tumbuhan family Proteaceae, terdiri dari lima spesies: macadamia francii, macadamia integrifolia, macadamia neurophylla, macadamia ternifolia, dan Macadamia tetraphylla.  Yang dibudidayakan sebagai penghasil kacang macadamia, spesies macadamia tetraphylla.  Spesies inilah yang juga Diintroduksi Pemerinta Belanda ke Indonesia.

Sebagai tumbuhan subtropics, macadamia hanya tumbuh baik di dataran tinggi Indonesia. Dataran tinggi Ijen, Cibodas, dan Lembang merupakan kawasan dataran tinggi, dengan elevasi lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut (dpl). Dari hasil pengamatan di tiga lokasi penanaman, macadamia yang tumbuh di dataran tinggi Ijen paling produktif denga kualitas buah paling baik. Ini disebabkan karena makin ke timur, posisi di Pulau Jawa juga mekin ke selatan sehingga makin menjauhi katulistiwa, yang berarti akan semakin kering.

Dugaan saya, Kawasan dataran tinggi NTT paling potensial untuk mengembangkan macadamia. Sebab tingkat kekeringan kawasan NTT pasti lebih tinggi dibanding Pulau Jawa. Ruteng, Bahawa, ende, Muemere, Timor Tengah Selatan (TTS), dan pegunungan di Sumba paling berpeluang untuk membudidayakan macadamia.

Waktu Ben Boi menjadi gubernur NTT, TTS pernah mengembangkan buah – buahan subtrops, termasuk apel. Hasilnya cukup baik. Tapi waktu itu terkendala pemasaran. Macadamia pun akan berhasil cukup baik dikembangkan di TTS dan kawasan pegugnungan lain di NTT. Di kawasan kering ini, macadamia agak toleran dengan factor ketinggian, hingga cukup baik dibudidayakan pada elevasi 800 – 900 meter dpl.

Saat dibangun tahun 1992, Taman Buah Mekarsari mencoba menanam macadamia dan kesek (persimmon). Aneh juga, dua jenis tanaman pegunungan ini bisa berbuah pada elevasi 100 meter dpl. Makadamianya berukuran normal, tapi dalam satu pohon hanya terdapat kurang dari lima butir buah, persimon berbuah cukup banyak, tapi buahnya kecil. Fenomena macadamia dan persimon di Mekarsari ini, memberi inpirasi bahwa dua komoditas ini berpeluang dikembangkan di dataran menengah (400 – 800 meter dpl), dikawasan kering terutama di NTT. Jika di dataran rendah basah mau berbuah, di dataran menegah kering hasilnya pasti lebih baik.

Kesan keliru

Belakangan ini benih makadamia ditawarkan secara daring. Beberapa memberi kesan benih yang mereka jual berasal dari Australia. Mereka mengklaim, benih yang mereka pasarkan merupakan benih okulasi (sambung mata tempal), yang bisa berbuah pada umur lebih pendek. Informasi dari para penjual itu ada yang menyesatkan. Misal, disebutkan makadamia cocok dibudidayakan di dataran rendah sampai menengah. Padahal, makadamia hanya bisa beroprasi baik di dataran tinggi,, elevasi di atas 1000 meter dpl, di kawasan kering. Sampai kini belum ada perkebunan makadamia skala komersial di dataran menengah, apalagi di dataran rendah. Makadamia Kalisat Jampit, juga hanya brupa tanaman peneduh di perkebunan kopi.

Dalam situs penjual benih itu juga disebutkan macadamia Bondowoso. Perkebunan kopi arabika kalisat Jampit yang membudidayakan macadamia, memang terletak di Kabupaten Bondowoso. Namun sebutan macadamia Bondowoso, mengesankan macadamia berasal dari kota Bondowoso yang elevasinya 258 metr dpl. Padahal lokasi penanaman macadamia Kalisat Jampit di Pegunagan Ijen, Berelevasi di atas 1000 metr dpl. Informasi ini akan menjebak konsumen, bahwa macadamia bisa dibudidayakan di dataran menengah – rendah.

Sumber benih makadania yang mereka tawarkan juga tak pernah disebutkan dengan jelas. Agar tak mendapat benih dan informasi keliru, calon pekebun sebaiknya menghubungi Perkebunan Kalisat Jampit, PT perkebunan Nusantar, di Kabupaten Bondowoso atau Kebun Percobaan Manoko, Lembang, Jawa Barat.

Meski baru diketemukan tahun 1828, macadamia bisa cepat merebut hati onsumen kacang – kacangan (nuts) yang sudah lebih dahulu dibudidayakan. Antara lain almond, mete, chestnut, hazelnut, pistachio, dan walnut.

Di Perkebunan Kalisat Jampit, macadamia sudah diproduksi menjadi jajanan dan dipasarkan sebagai oleh – oleh khas pegunungan Ijen dengan merek Rolas. Rolas berarti 12. Ini nomor PT Perkebunan Nusantara yang membawahi Perkebunan Kalisat Jampit. Jika Anda ingin membudidayakan macadamia, berkunjunlah ke Perkebunan Kalisat Jampit. Sekalian mencicipi kopi arabika Ijen, dan menonton api biru di Kawah Ijen.

 

Sumber: Tabloid-kontan.23-29.April.2018.hal.23

Kostum Karakter Pembawa Rezeki.Kontan.26 Maret 2018.Hal.1727042018

Kehadiran kostum superhero atau karakter lain di sebuah acara tengah menjadi tren. Kondisi ini membuat pebisnis di bidang kostum superhero bermunculan. Ada yang khusus menggarap kostum superhero, hingga animasi Jepang hingga yang lain.

Baelakangan ini mulai banyak pesta yang menggunakan kostum dengan berbagai tema. Sebut saja yang lagi tren saat ini adalah memakai karakter kartun dan superhero. Dan tak hanya pesta untuk anak-anak yang menggunakan kostum karakter tersebut. Kalangan remaja hingga orang dewasa pun, kini juga makin banyak menggunakan kostum karakter untuk pesta atau acara tertentu lainnya.

Banyaknya permintaan kostum karakter untuk pesta ini tentu membuka peluang yang lebar bagi bisnis pembuatan kostum karakter tersebut.

Phrinshella Vhyta, pendiri House of Constume (HOC) asal Jakarta menilai industri di salah bidang industri kreatif ini masih memiliki potensi yang bagus. Ini terbukti dari terus bertambahnya para pemain di bidang ini.

Kondisi ini mebuktikan bila makin banyak kebutuhan masyarakat yang membutuhkan jasa pembuat kostum untuk berbagai acara tertentu. “Karena kini semakin banyak kebutuhan akan kostum”, ungkapnya kepada KONTAN (24/3).

Tak pelak, situasi ini menimbulkan persaingan bisnis yang ketat. Namun Vhyta tidak patah arang. Untuk bisa memenangkan persaingan bisnis, tentu dibutuhkan kreativitas untuk bisa membuat kostum yang sesuai kebutuhan dengan baik.

HOC sendiri memproduksi beragam kostum. Mulai dari tokoh kartun, tokoh karakter, badut, maskot perusahaan, hingga seragam untuk event organizer (EO).

Selain membuat dengan desain sendiri dan mengikuti tren yang sedang up to date, Vhyta lebih sering membuat sesuai dengan permintaan dari para konsumen.

Untuk membuat sebuah kostum tentu harus ada keahlian khusus. Lantaran menurutnya, ilmu membuat kostus segaris lurus dengan fashion designer atau yang lebih akrab disebut costume designer.

Nah, nilai lebih dari perancang kostum adalah popularitas kostum tidak mudah pudar. Sejatinya, banyak pihak yang membutuhkan kostum seperti adanya event, wedding organizer (WO), EO, acara ulang tahun, keperluan fotografi, hingga maskot perusahaan.

Nah, kostum tersebut isa bertahan karena adanya kebutuhan. Untuk menyelesaikan satu pesanan, biasanya ada dua sampai lima orang yang mengerjakannya tergantung tingkat kesulitannya.

Adapun bisnis kostum ini adalah dari sewa kostum yang bersangkutan. HOC sendiri membanderol aneka karakter film buatannya dengan tarif mulai Rp. 150.000 per set untuk biaya sewa harian. Dalam sehari, ia menyebut setidaknya lebih dari 50 kostum bisa keluar tersewa oleh para pelanggan.

Kebanyakan para pelamggan menyewa kostum itu untuk acara kantor, gathering, ulang tahun, acara sekolah, sampai lomba kostum. Pesanan datang tak hanya dari pihak perusahaan dan sekolah, HOC juga sering mendapat pesanan dari jajaran artis tanah air. Sebut saja Nia Ramadhani, Jessica Iskandar, dan Ayu Ting Ting kerap menggunakan kostum dari House of Costume.

Lantaran sudah punya nama, Vytha mengungkapkan, dirinya tak lagi pusingmemikirkan strategi pemasaran. Kini, hasil karya HOC dapat ditemui di Grand Indonesia, Senayan City, Gandaria City, Mal Alam Sutera, dan Pakuwon Surabaya. Selain itu, dia juga sudah memiliki tiga pabrik yang ada di Jakarta Pusat, Bogor dan Bekasi. “Karena bisnis ini sudah lama, awalnya dari mulut ke mulut saat ini melalui sosial media, online, offline, dan bermitra di pusat perbelanjaan”, terang Vytha yang membesut bisnis pembuatan kostum karakter sejak 2008 lalu kepada KONTAN.

Pemain lain, Ars Ramdha Imanda Indra Yahya, produsen kostum superherodan animasi Jepang (anime) asal Malang, Jawa Timur, juga sependapat dengan Vytha. Ia menilai potensi sektor bisnis ini masih bakal menjanjikan hingga beberapa tahun kedepan.

Berbeda dengan Vytha, yang solo karier, pria yang akrab disapa Ars ini mengawali usaha pembuatan kostum karakter bersama dua rekannya dari awal sekedar hobi. Kini, sayap bisnisnya kian berkembang.

Workshop miliknya yang berada di Janti, Malang, Jawa Timur, kian dipenuhi permintaan pelanggan. Kostum yang dibuat pun beragam mulai dari tokoh pahlawan Hollywood sampai karakter gim online.

Tidak hanya melayani permintaan pelanggan dalam negeri, kostum karakter buatan Ars juga sampai merambah pasar luar negeri seperti Amerika, Eropa, Malaysia, Australia, Singapura dan negara lainnya. Pengerjaan kostum superhero dan anime yang tidak mudah dan banyak detail, membuat harga jual kostum dibanderol cukup mahal. Yakni mulai Rp. 3 juta sampai dengan Rp. 30 juta per kostum.

Ia akui kalau pembuatan kostum karakter cukup ini cukup sulit dan memakan waktu. Berbeda dengan produksi aksesoris kostum, seperti helm pada salah satu karakter “Proses pembuatannya cukup rumit, jadi sebulan hanya ada sekitar tujuh set kostum yang bisa saya buat,” katanya kepada KONTAN, Sabtu (24/3).

Meski begitu, ia mengklaim bila aneka kostum karakter superhero dan animasi Jepang tersebut dibuat secara manual. Setelah jadi, ia memanfaatkan teknologi digital untuk mempromosikan hasil produksinya. Yakni lewat Youtube, Facebook, dan Instagram. Tujuannya agar jangkauan konsumen semakin luas.

Geliat bisnis kostum karakter yang makin menjanjikan juga diakui oleh Ranan Dwigusnanto Boer, pemilik Rafa Kostum asal Bintaro, Tangerang Selatan, Banten. Berawal dari hobi membuat sendiri kostum cosplay. Ia mendirikan Rafa Kostum sejak tahun lalu.

Awal usaha, ia menjahit sendiri kostum cosplay tersebut. Namun setelah melihat ada peluang bisnis, tercetus ide mebuat kostum itu. “Akhirnya saya kepikiran, kenapa tidak membuka sewa kostum sekalian,” tandasnya.

Setelah jadi membuat sejumlah kostum cosplay, ia mulai berbisnis kostum. Ia membanderol tarif sewa kostum besutannya antara Rp. 200.00 sampai Rp. 500.000 per set.

Meski baru setahun menggeluti bisnis persewaan kostum karakter, Ranan mengatakan jika pelanggannya tak hanya datang dari Tangerang, Jakarta, dan sekitarnya. Tapi juga sudah merambah hingga Banjarmasin, Lampung, Surabaya dan Medan. Kebanyakan pelanggannya berasal dari perusahaan. Dan biasanya digunakan untuk acara kantor.

Ranan kebetulan spesialis memproduksi kostum karakter superhero. Khususnya memproduksi kostum tersebut untuk orang dewasa. Maklum, target pasar yang ia bidik memang untuk kalangan perusahaan. Meski begitu, ia juga kerap membuat kostum anak-anak dengan desain yang lebih sederhana.

Nah, ia menyebut dua karakter superhero, yakni Iron man dan Wonder Woman menjadi karakter favorit para pelanggan. Kedua kostum tersebut paling sering disewa sampai Ranan harus menambah stok agar tidak ada pelanggan yang kehabisan. Dalam sebulan ada puluhan kostum dari Rafa Kostum bisa keluar untuk disewakan.

Sebagai langkah ekspansi, pada tahun ini juga, Ranan berencana untuk memproduksi kostum dan menjualnya. Ia ingin bekerjasama dengan EO untuk pengadaan kostum karakter ini. “Saya mencoba untuk beberapa tokoh superhero terlebih dahulu,” katanya.

Bila terealisasi, ia akan membanderol kostum pahlawan tersebut di kisaran Rp. 4 juta Rp 6 juta untuk ukuran dewasa. Sedangkan bagi ukuran anak-anak ia banderol sekitar Rp. 1.5 juta per satu set. Siap-siap menjadi superhero.

 

Harus Telaten dan Sabar Membuat Kostum

Membuat kostum dengan berbagai karakter kartun maupun superhero memang tidak mudah. Butuh Ketelatenan serta kesabaran setiap kalimembuat kostum tersebut.

Ars Ramdha Imanda Indra Yahya, produsen kostum superhero dan anime asal Malang, Jawa Timur bilang nilai lebih dari kostum karakter terletak pada detail jahitan yang menjadi kesempurnaan produk tersebut. Tak heran jika harga sewa maupun harga jual di banderol cukup tinggi.

Untuk mencapai kesempurnaan dalam detail kostum, Ars harus benar-benar selektif dalam memilih bahan dasar pembuatan kostum. Bahkan ada beberapa bahan yang harus ia dapatkan dari luar negeri. “Masalahnya tidak semua bahan lokal memiliki kualitas yang bagus. Untuk pemilihan bahan dan pasokannya, saya dibantu oleh tiga orang karyawan,” katanya ke KONTAN.

Meski sudah hampir 10 tahunmenggeluti bisnis tersebut, kendala yang kerap ia temui dalam bisnis ini tak lain dari kerumitan pola kostum tersebut. Lantaran ada beberapa karakter kartun maupun superhero yang polanya sangat rumit,  sehingga ia dituntut untuk menggunakan daya imajinasi.

Terutama untuk kostum karakter yang baru muncul dan langsung tren. “Saya bisa menghabiskan waktu seharian hanya utnuk mengamati detail kostum yang diminta,” tambahnya.

Selain itu, bapak satu anak ini selalu memberikan info perkembangan produksi kostum secara berkala kepada pelanggannya. Hal ini dilakukan agar tidak ada lagi revisi atau perombakan desain saat kostum sudah selesai 100%. Karena, jika ada kesalahan saat kostum sudah jadi sepenuhnya tidak mungkin hanya merombak bagian tertentu, tapi harus membuatnya dari awal lagi. “Fasilitas ini yang menjadi keunggulan untuk menghadapi persaingan,” tandasnya.

Jika Ars menjaga kualitas dan komunikasi dengan pelanggan, Prinshella Vytha, Founder House of Costume (HOC) asal Jakarta rela memberi fasilitas lain, yakni menerima pesanan dadakan. Pesana dadakan tersebut bisa diselesaikan dalam satu hari pengerjaan. Tentu akan ada harga yang berbeda untuk fasilitas satu ini.

Tak hanya bisa menerima pesanan dadakan, Vytha juga terus berkreasi dalam meningkatkan kualitas dari pembuatan kostum tersebut. Sebab ia akui bila semakin kesini, desain dan tampilan kostum yang diminta para pelanggan semakin rumit. “Maka kreativitas dan imajinasi terus kami tingkatkan,” tukasnya.

Ia memandang penting persoalan kreativitas dan imajinasi tersebut. Sebab, hambatan terbesar menggeluti bisnis ini adalah dari sisi sumber daya manusia. Terutama saat Lebaran yang minim sumber daya manusia. Maka, ia terus melatih para pekerja menjadi ahli pembuat kostum karakter.

 

 

Sumber: Kontan.26 Maret 2018.Hal.17

Inovasi, Kunci Kemitraan Es Krim.Kontan.24 Maret 2018.Hal.1727042018

Meski ada yang usahanya tutup karena bahan baku, bisnis es potong ala singapur masih punya potensi.

                JAKARTA. Cuaca panas yang sering mendera, membuat camilan manis dan dingin seperti es krim selalu diminati. Apalagi, hampir semua kalangan menyukai es krim.

Tak heran, bisnis es krim terus berkembang. Salah satunya, bisinis jenis es krim potong berbalut roti atau yang sering disebut es krim singapur. Rasa es krim ini pun kian beragam. Ramainya penjualan juga membuat pelaku usaha baru terus bermunculan.

Kali ini KONTAN akan mengulas perkembangan bisnis es krim potong ini dari ketiga pemainnya, yakni Bay Sands Ice Cream, Manda Ice Cream, dan Es Potong Sandwich Raymond Lim. Umumnya, jumlah gerai pemain ini bertambah. Berikut ulasan lengkapnya:

Bay Sands Ice Cream

Usaha es krim potong besutan Joana Indah asal Tangerang, Banten ini berdiri sejak November 2013 lalu. Selang dua tahun, dia mulai menawarkan kerjasama melalui sistem kemitraan.

KONTAN, sempat mengulasnya pada 2015 lalu. Saat itu, belum ada mitra yang bergbung. Hampir tiga tahun berlalu, kini sudah ada 20 reseller yang bekerjasama.

Joana bilang, para reseller itu mulai bergabung sejak 2016, seiring dengan berubahnya nilai investasi kerjasama. “Dulu ada yang kerjasama tidak menggunakan booth sehingga nilainya berbeda,” katanya.

Per 2017, Joana kembali membuat tawaran kemitraan baru dengan modal kerjasama Rp. 8 juta. Fasilitas yang didapatkan mitra adalah booth, perlengkapan masak, freezer, branding, dan pelatihan.

Sebelumnya, calon mitra harus menyiapkan modal Rp. 50 juta bila ingin menjalin kerjasama. Dalam waktu tiga bulan, mitra sudah bisa balik modal asalkan, bisa mencapai target penjualan senilai Rp. 75 juta dalam sebulan.

Dia optimis dapat mencapai target memiliki 50 mitra karena menu es potong masih mempunyai potensi bagus. Buktinya, setiap minggu dia bisa mengikuti lima sampai enam event bazar. Hampir lima tahun menjalankan roda usahanya, Joana tak pernah mengalami kendala yang berarti.

Manda Ice cream

Pelaku usaha es potong lainnya adalah Mariono asla Tangerang Selatan, banten. Ia membesut Manda Ice Cream dan menawarkan kemitraannya sejak 2013.

KONTAN pernah mengulas pada Januari 2017, saat itu ada 15 gerai Manda Ice Cream yang tersebar di Jabodetabek. Kini, Mariono mengatakan jika seluruh gerai Manda Ice Cream tutup akibat kesulitan mendapatkan bahan baku. “Bahan baku yang kami gunakan banyak yang impor. Sedangkan sejak awal tahun bahan impor susah masuk ke Indonesia. Kalaupun ada harganya mahal,” ungkapnya.

Penutupan gerai ini sudah dimulai sejak akhir 2017. Mariono mengaku bakal kembali membuka usahanya bila kondisi bahan baku impor mulai stabil. Ia bilang sebagian besar bahan baku, terutama flavour dan gelatin didapatkannya dari Australia dan Eropa.

Sejatinya, dia sudah mencoba utnuk mencari bahan subtitusi bahan lokal. Namun, rasanya tidak bisa sama. “Saya nggak mau ambil resiko ganti bahan baku, nanti malah menurunkan kualitas,” kata Mariono.

Sebelumnya, Manda Ice Cream menawarkan dua paket kemitraan, yaitu paket Rp. 15.5 juta dan Rp. 26.5 juta. Sedangkan, untuk harga produknya dibanderol mulai dari Rp. 8000 sampai Rp. 16.000 per buah.

Selai itu, Mariono juga menual bubuk es krim. Dengan membayar Rp. 1 juta, sudah dapat bergabung menjadi mitra dan masuk dalam grup pendamping. Lainnya, mitra pun dibekali bahan baku es krim sebanyak 14 kilogram (kg). Untuk pembelian selanjutnya, mitra dikenakan biaya Rp. 70 ribu per kg.

Padahal bisnis Manda Ice Cream sempat mengalami masa kejayaan pada awal buka hingga tahun 2016. Saat itu, Mariono sempat berhasil menggandeng lebih dari 1.000 mitra dari Aceh hingga Papua. Penjualan tertinggi bubuk ice cream ada di Papua. Bahakan beberapa mitra disana, dalam sebulan bisa memesan lebih dari 100 kg per bulan.

Sandwich Raymond Lim

Pemilik gerai Es Potong Singapur Sandwich Raymond Lim makin gencar melakukan inovasi seiring kian ramainya kompetitor. Meski begitu, jumlah mitra justru menyusut.

Es Sandwich Raymond Lim ini mulai menjual kemitraan pada 2014. Setahun kemudian, mereka berhasil menggandeng 14 mitra. Namun, saat ini hanya tersisa 4 mitra aktif dengan gerai di Bekasi, Radio Dalam dan Palembang. Banyak mitra yang menutup gerainya lantaran bermasalah dengan sewa tempat yang kian mahal.

Namun tahun ini, ia menargetkan 20 mitra baru. Raymond Lim, pemilik kemitraan es potong ini, mengemas sistem penjualan baru, yakni menggunakan sepeda juga door to door untuk menghindari sewa tempat yang kerap menjadi masalah para mitra.

Sebelumnya Raymond, menawarkan paket investasi senilai Rp. 20 juta untuk join fee. Nilai ini untuk membayar lesensi kerjasama selama 3 tahun, peralatan, seragam karyawan, dan peralatan serta perlengkapan berjualan.

Kini nilai investasi untuk kemitraan, yaitu Rp. 10 juta dengan fasilitas freezer, 100 slice roti dan es krim, brosur dan kartu nama.

Disamping melakukan perubahan nilai paket kemitraan agar bisnis kian moncer, inovasi yang kini dilakukan adalah mempersingkat waktu agar lebih efektif dan efisien. Kini, es krim yang dijual oleh mitra sudah dipotong langsung dari pusat dan sudah dalam kemasan berikut dengan rotinya, jadi mitra tidak perlu lagi memotong es krim sendiri saat berjualan. Hal ini tentu untuk mempercepat proses penjualan.

Es Potong Sandwich Raymond Lim memiliki sejumlah varian rasa, diantaranya coklat, durian, stroberi, alpukat, kopi, vanila, kurma, green tea, mangga, jeruk, melon, kacang hijau, kacang merah, jagung manis, kelapa, kismis, rambutan, ubi ungu, ketan hitam, dan terong belanda. Satu porsi atau satu slice es krim berbungkus roti ini dibandrol Rp. 15.000. Estimasi balik modal sekitar 3 bulan dengan omzet Rp. 3 juta-Rp. 5 juta per bulan.

Tahun ini, Raymond juga membuat sistem pabrik home industry. Bagi mitra yang ingin kerjasama dalam bentuk ini, modalnya Rp. 700 juta dan memperoleh fasilitas yang lengkap. Mitra hanya perlu menyiapkan ruangan seluas 5x6m2 untuk memproduksi es krim. Ada empat mesin pembuat es krim dalam satu pabrik. Paket itu sudah termasuk biaya pesawat, tukang bangunan, pelatih khusus, dan semua instalasi. “Saat ini yang sudah ada di Palembang yang niat menjalankan kerjasama tersebut,” ujarnya.

Kendala yang kerap ditemui adalah seputar penggunaan buah segar. Ia harus teliti melihat kualitas buah agar bisa diolah menjadi es krim. Raymond pun tidak takut bersaing dengan kompetitor, karena es krim buatannya terbuat memakai buah asli. “Selama kita menjaga kualitas dan menggunakan buah asli, Es Potong Sandwich Raymond Lim tidak akan hilang dari peredaran”, tegas Raymond kepada KONTAN.

Semenjak bermitra dengan ojek online, Raymond sangat terbantu dan pengaruhnya terhadap bisnis sangat baik. Sebab, es krimnya bisa menjangkau lokasi pelanggan yang lumayan jauh, seperti Jakarta Barat, Kelapa Gading, Pondok Indah sampai Bogor.

 

Pusat dan Mitra Harus Pintar Cari Celah Pasar

SELAIN persoalan bahan baku impor yang mebuat salah satu pemain es krim potong, yakni Mandala Ice Cream menutup usahanya, para pemain lainnya hampir tak mendalami kendala dalam bisnis ini. Boleh dibilang, mereka tetap optimistis bisnisnya bakal lebih ramai, dengan kemasan-kemasan baru.

Menurut Erwin Halim, Konsultan Warlaba dari Proverb Consulting Ya bisnis es potong dengan roti yang dahulu terkenal di Singapura cukup bagus dijalankan di Indonesia. Namun umumnya para mitra perlu dukungan dari pusat untuk memilih lokasi dan karyawan dalam menjalankan usaha.

“Kalau ada yang tutup, karena teknis sewa menyewa dan harga itu diluar kemampuan pusat dan mitra. Oleh karena itu, mitra harus punya punya banyak pilihan lokasi saat menjalankan usaha. Seperti bisa memilih lokasi rumah sakit dan kampus sebagai alternatif lokasi,” ujar Erwin Halim.

Erwin berpendapat usaha es potong bersifat niche marketi dan mitra tidak bisa besar-besaran dalam melakukan penjualan. Kecuali, mitra bergabung dalam sebuah restoran atau coffee shop sehingga menjangkau banyak pembeli juga dan mendulang keuntungan lebih. “Intinya bisnis ini relatif mudah dijalankan dan memiliki penggemar tersendiri,” pungkasnya.

Yang jelas Erwin juga menegaskan bahwa pasar es potong berbalut roti ini masih cukup luas dan bagus, selama mitra dan pusat pintar mencari celah. Apalagi jika menawarkan keagenan di restoran atau coffee shop.

 

 

Sumber: Kontan.24 Maret 2018.Hal 1727042018