Sadiq Khan.Wali Kota Tuntaskan Janji.Kompas.11 Mei 2021.Hal.16

Sadiq Khan (50), wali kota Muslim pertama di London, Inggris, dari Partai Buruh terpilih kembali setelah mengalahkan Shaun Bailey, kandidat dari Partai Konservatif pimpinan Perdana Menteri Boris Johnson. Selama kampanye pemilu, Khan berjanji akan memperbanyak lapangan pekerjaan dan mendorong ekonomi pariwisata London.

“Saya merasa puas dengan kapena rakyat London memercayai saya untuk memimpin kota terbaik di dunia ini. Saya berjanji membangun masa depan London yang lebih baik setelah masa-masa suram akibat pandemi,” kata Khan, Sabtu (8/5/2021) .

Anak sopir bus London, imigran dari Pakistan, itu pertama kali terpilih sebagai Wali Kota London pada 2016. Namanya kian dan kondang karena kerap mengkritik kebijakan Brexit dan pernah “ribut” dengan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Twitter. Khan mengecam kebijakan larangan bepergian kontroversial Trump bagi warga dari negara-negara Muslim.

Trump menuding Khan gagal menangani terorisme dan menyebut dia sebagai pecundang yang memalukan bagi Inggris. BBC News menyebutkan, gara-gara perang kata-kata Trump-Khan itu, pendukung Trump saat parade di London, September 2019, membuat balon udara raksasa berbentuk Khan yang memakai bikini.

Aksi itu sebagai bentuk “balasan” bagi Khan yang membiarkan balon udara raksasa berbentuk Trump yang berpakaian bayi dengan popok mengudara di Lapangan Parlemen saat Trump berkunjung ke Inggris pada 2018. “Dia (Trump) pernah menyebut saya pecundang. Salah satu dari kami pecundang dan yang jelas itu bukan saya,” ujar Khan saat kampanye.

Sadiq Khan merupakan Wali Kota London ketiga, setelah Boris Johnson dan Ken Livingstone. Wali Kota London merupakan kepala eksekutif Otoritas London Raya (Greater London Authority) yang dipilih secara langsung. Posisi Wali Kota London ini mulai ada pada 4 Mei 2000 setelah referendum devolusi London pada 1998.

Keluarga biasa

Khan lahir di London dari keluarga imigran Pakistan. Anak kelima dari delapan bersaudara itu tinggal di Tooting, kawasan permukiman beragam etnis yang sederhana di London selatan. Lantaran rumahnya tak cukup besar, ia harus berbagi kamar tidur dengan saudara-saudaranya dan tidur di tempat tidur susun sampai berusia 24 tahun.

Latar belakang keluarga “biasa-biasa saja dan imigran ini yang membuat Khan diterima publik London yang selama ini dikenal menghargai keberragaman. “Saya warga London sejati. Saya besar di kompleks perumahan biasa, kelas pekerja, anak imigran, dan sekarang Wali Kota London,” kata Khan saat saya nyampaikan suara kemenangan.

Khan tak sungkan menceritakan profesi ayahnya yang menjadi sopir bus merah London dan ibu nya yang menjadi penjahit baju. Begitu pula saat menceritakan salah satu saudara laki-lakinya yang menjadi montir sepeda motor.

Di tengah-tengah kesibukannya, Khan masih kerap berlatih tinju. Awalnya, ia belajar tinju hanya untuk menjaga diri jika ada yang melecehkan atau melakukan kekerasan rasis terhadap dirinya. Ia juga ikut lari maraton di ajang London Marathon pada 2014.

Semasa sekolah, Khan sebenarnya lebih ingin mempelajari sains lalu menjadi dokter. Namun, gurunya melihat Khan memiliki bakat berdebat lalu menyarankan ia mendalami, hukum. Akhirnya, Khan meraih gelar sarjana hukum dari University of North London lalu magang menjadi pengacara pada 1994 di firma hukum Christian Fisher dan diangkat menjadi salah satu rekan.

Isu HAM

Sejak awal menekuni hukum, Khan selalu tertarik pada isu-isu hak asasi manusia (HAM). Selama tiga tahun, ia memimpin kampanye kebebasan sipil di kelompok Liberty. Ia pernah mewakili pemimpin gerakan Bangsa Islam, Louis Farrakhan dan Babar Ahmad, yang dipenjara di AS setelah mengaku mendukung kelompok Taliban di Afghanistan.

Karier politiknya dimulai sejak ia bergabung dengan Partai Buruh tatkala masih berusia 15 tahun. Khan lalu menjadi anggota dewan lokal untuk Tooting di wilayah lokal Wandsworth yang didominasi Partai Konservatif pada 1994 kemudian menjadi anggota parlemen Wandsworth pada 2005. Sampai sekarang, Khan masih tinggal di daerah itu bersama istrinya yang juga pengacara dan kedua anak perempuan mereka.

Pada 2008, PM Gordon Brown menunjuk Khan menjadi menteri masyarakat lalu menteri trans portasi. Pada waktu itu, ia menteri Muslim pertama di kabinet dan pendapatnya kerap mengundang kontra dari Konservatif. Salah satunya, dukungan Khan pada pernikahan sejenis. Akibat sikapnya itu, Khan kerap menerima ancaman pembunuhan.

Tak semua sikap dan pandangannya kontroversial. Khan tetap didukung publik London karena menjanjikan perumahan yang terjangkau bagi rakyat dan membekukan kenaikan tarif transportasi karena alasan pandemi Co vid-19. Pada periode kedua ini, Khan berjanji menyediakan la pangan pekerjaan dan mengatasi krisis akibat Brexit yang mengancam sektor finansial London.

Tidak mudah ada di posisi Khan sekarang. Terlebih karena London yang penduduknya sekitar 9 juta jiwa itu menjadi pusat gelombang pertama pandemi Covid-19 di Inggris. Sedikitnya 14.000 orang meninggal dunia dan 720000 orang terinfeksi Co vid-19, menurut laman London.gov.uk. Ditambah lagi, lebih dari 300000 orang kehilangan pekerjaan. “Ini masa-masa paling susah bagi London,” ucap Khan.

Meski susah, Khan tetap berkomitmen menjadi wali kota sam pai tuntas Khan pernah memprediksi Inggris akan memilikd PM Muslim dalam waktu dekat, tetapi ia menegaskan bukan dirinya yang akan menjadi PM. “Selama rakyat London masih terus memercayai saya untuk menjadi wali kota, saya akan tetap menjadi wali kota,” ujarnya.

 

Sumber: Kompas.11 Mei 2021.Hal.16

Ruben Dias.Benteng Kokoh dari Amadora.Kompas.15 Mei 2021.Hal.16

Meski baru menjalani satu musim bersama Manchester City, Ruben Dias telah menunjukkan diri sebagai sosok di balik keberhasilan City membawa pulang trofi Liga Inggris musim ini. Dias menjadi “puzzle” pelengkap bagi Manajer City Pep Guardiola yang kehilangan sosok pemimpin di lini belakang setelah kepergian legenda “The Citizens”, Vincent Kompany, pada akhir musim 2018-2019.

Pada musim perdananya tampil di Liga Inggris, Dias (24) menjadi pemimpin daftar statistik City dalam urusan bertahan. Pemain kelahiran Amadora, wilayah satelit kota Lisabon, Portugal, ini mencatatkan blok, intersepsi, sapuan, dan sapuan sundulan terbanyak untuk City di Liga Inggris edisi 2020-2021.

Dari 30 penampilannya, Dias melakukan 20 blok, 33 intersepsi, 80 sapuan, serta 43 sapuan sundulan. Tidak hanya itu, Dias juga pemain dengan jumlah operan tertinggi di Liga Inggris musim ini. Ia mencatat total 2.566 operan dengan jumlah rata-rata 85,53 operan per laga.

Kemampuan itu menunjukkan kepiawaian Dias sebagai pemain bertahan modern yang berperan sebagai ball-playing defender. Dengan keunggulan jumlah kuantitas operan itu, Dias melampaui sejumlah pemain yang selama ini dikenal ahli mengoper di Liga Inggris, seperti rekan setimnya, Kevin De Bruyne, atau tiga gelandang “pelayan” terkemuka di liga tersengit di dunia itu, yaitu Jorginho, Bruno Fernandes, dan Jordan Henderson.

Satu hal yang membuat perjalanan debut Dias bersama City terasa nyaris sempurna ialah nihilnya blunder. Bahkan, untuk ukuran bek, Dias sangat minim melakukan pelanggaran. Hingga pekan ke-35 Liga Inggris, ia baru melakukan 19 pelanggaran dan dihukum tiga kartu kuning.

Alhasil, berkat kehadiran Dias, City menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit di Liga Inggris dan Liga Champions Eropa pada musim ini. The Citizens baru kemasukan 26 gol di liga serta empat gol di Eropa.

Di luar kemampuan teknisnya sebagai bek, Dias juga dikenal memiliki jiwa kepemimpinan tinggi. Pemain kelahiran 14 Mei itu ditunjuk sebagai kapten Benfica, tim tersukses di Liga Portugal, pada musim keduanya bergabung dengan skuad senior, tepatnya pada musim 2018-2019. Kala itu, usianya baru menginjak 21 tahun.

Guardiola mengakui, Dias adalah pelengkap dari taktik City yang telah ia susun dalam empat musim terakhir. Bersama Dias, City akhirnya mampu kembali menjadi raja di Inggris, melalui trofi liga dan Piala Inggris, kemudian menembus laga final Liga Champions untuk pertama kali dalam sejarah klub.

“Dia bukan hanya pemain yang bermain bagus. Dia adalah pemain yang mampu membuat pemain lain di dalam tim tampil dengan performa terbaik. Ia berbicara, berkomunikasi, dan mengatakan kepada rekannya apa yang harus dilakukan dalam setiap penampilan selama 90 menit. Bagi saya, itu adalah hal yang sulit dilakukan. Itu menjadi alasan dia tidak tergantikan,” ujar Guardiola dilansir ESPN, April lalu.

Dipuji oleh manajernya tidak membuat Dias besar kepala. Sebaliknya, ia justru memuji Guardiola yang telah membantunya untuk meningkatkan kemampuan sebagai bek tengah dan mewujudkan misi meraih trofi bersama City

“Pep (Guardiola) tentunya adalah salah satu pihak yang memiliki peran paling penting bagi kami pada musim ini. Kemampuannya luar biasa untuk membaca taktik lawan sehingga memberikan kami sejumlah solusi untuk tampil lebih baik,” kata Dias.

Pemain rumahan

Dias mengenal sepak bola dari lingkungan keluarganya. Sejak bisa berjalan, ia bersama sang kakak, Ivan, telah memiliki bola yang bisa dimainkan di dalam rumah. Hal itu tidak lepas dari kecintaan sang ayah, Joao Dias, yang merupakan pendukung fanatik Benfica.

Joao, yang bermain sepak bola demi hobi, mengajari kedua putranya bermain sepak bola di taman dekat kawasan apartemen kecil mereka di Amadora. Tidak hanya di taman, Dias juga bermain sepak bola di dalam apartemen mereka sehingga tak jarang hal itu memicu ke marahan sang ibu, Bernadette.

“Ruben dan Ivan menjadikan pintu kamar dan pintu dapur sebagai dua sisi gawang. Anda bisa bayangkan bola melayang di udara mengenai sejumlah barang yang lang sung pecah dan rusak. Mereka senang dan berteriak gol, tetapi suasana rumah berubah seperti zona perang” kenang Bernadette.

Setelah melihat bakat besar sang anak, Joao pun membawa Dias, yang baru berumur 9 tahun, untuk mendaftar di sekolah sepak bola lokal bernama Estrela da Amadora. Dua tahun berselang, pencari bakat akademi Benfica tertarik untuk merekrut Dias.

“Saya senang ketika dia bergabung dengan Benfica yang merupakan klub pujaan saya sejak anak-anak. Benfica adalah tempat terbaik bagi Dias untuk mengembangkan kemampuan nya,” kata Joao, dikutip The Sun.

Joao pun tidak terkejut dengan permainan penuh determinasi yang ditunjukkan anaknya bersama City. Ketika orang berdecak kagum pada kegigihan Dias untuk menjaga gawang City dengan seluruh anggota tubuhnya, seperti saat mengeblok tiga sepakan pemain Paris Saint-Germain di semifinal kedua Liga Champions, 5 Mei lalu, bagi Joao itu bukanlah sesuatu yang asing.

“Ruben (Dias) selalu ingin bermain sepak bola. Bahkan, ketika hujan deras turun, dia tidak pernah ingin selesai. Dia memiliki karakter kuat dan selalu ingin memberikan yang terbaik di setiap penampilannya. Itulah yang telah dia tunjukkan selama ini,” tuturnya.

Prestasi tertinggi

Ketika didatangkan dari Benfica dengan uang transfer sebesar 61 juta pound sterling (Rp 1,23 triliun), Dias adalah pemain yang “hijau” dalam pengalaman meraih trofi juara. Sejak bermain di level senior pada musim 2017-2018, Dias baru dua kali merasakan mengangkat piala. Kedua momen itu terjadi saat mengantarkan Benfica menjuarai Liga Portugal musim 2018-2019 serta membawa Portugal menjadi tim terbaik di edisi perdana Liga Nasional Eropa.

Oleh karena itu, Dias mengakui, gelar Liga Inggris adalah trofi terbesar yang telah diraihnya selama karier profe sionalnya. Selain gelar liga, Dias pun telah memberikan City gelar Piala Liga Inggris.

“Sejak tiba, saya berambisi memenangi Liga Inggris pada tahun pertama. Itu adalah prestasi tertinggi saya,” kata Dias kepada ESPN.

Meskipun target perdananya bersama The Citizens telah terpenuhi, Dias semakin kecanduan untuk memberikan gelar juara bagi klub yang bermarkas di Stadion Etihad itu. Pada musim panas tahun ini, ia pun memiliki dua ambisi besar, yaitu mempersembahkan gelar Liga Champions perdana bagi City, kemudian berusaha maksimal untuk membantu tim nasional Portugal mempertahankan trofi Piala Eropa.

 

Sumber: Kompas.15 Mei 2021.Hal.16

Puput Setyoko.Subur Jamur Borobudur.Kompas.17 Mei 2021.Hal.16

Bagi Puput Setyoko (29), jamur tak hanya mengubah hidupnya, tapi juga memberi jalan kesuburan bagi banyak warga. Ia lantas berupaya memanggungkan jamur sebagai salah satu magnet pariwisata di Borobudur.

“Saya ingin Jamur Borobudur jadi salah satu ikon oleh-oleh dari kawasan Candi Borobudur,” ucap Puput membuka percakapan, Kamis. (6/5/2021). Jamur Borobudur adalah jenama produk jamur yang Puput buat.

Semula jamur tak lebih dari makanan kesukaan Puput, pemuda Dusun Jowahan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah. Selepas SMK tahun 2010, dia bekerja di sebuah tambang di Kalimantan.

“Bagi bujangan, mungkin enak kerja di tambang. Gaji besar, tak mikir kebutuhan lain. Tapi, melihat senior-senior saya, saya miris. Sampai tua mereka hidup jauh dari keluarga. Posisinya pun begitu-begitu saja,” kenangnya.

Pada tahun ketiga, Puput mmutuskan berhenti setelah tak lolos tes kesehatan. Ia memang memiliki cacat bawaan, yakni punya buta warna parsial.

Puput pun pulang kampung ke Borobudur pada 2013 dengan pikiran galau. Ia melamar kerja ke sejumlah perusahaan, tapi selalu gagal akibat kekurangan fisiknya. Masa depan suram membayanginya.

Saat galau, Puput tiba-tiba teringat jamur, makanan kesukaannya. Ia berpikir, mengapa dirinya tak membudidayakan jamur saja. Ia pun mulai mencari pengetahuan tentang budidaya jamur.

“Saya berguru ke mana-mana, ke beberapa pembudidaya di Magelang, Temanggung, hingga Wates (Kulon Progo),” ujarnya.

Singkat cerita, Puput akhirnya bisa memulai budidaya jamur. Modalnya Rp 2 juta antara lain ia pakai untuk membeli baglog (media tanam). “Panen pertama, saya bawa 750 gram jamur tiram ke pasar Borobudur. Saya jadikan tiga bungkus. Setiap bungkus laku Rp 2.000. Saya pulang bawa Rp 6.000,” ujar nya sembari tertawa kecil.

la senang sekaligus gemang. Senang karena mengerti bahwa pasar jamur di daerah Magelang masih terbuka luas, tapi ia gamang karena hasil usaha menanam jamur tak sebanding dengan gaji yang di terimanya saat bekerja di tambang.

“Saya ambil positifnya. Lagi pula, tak ada pilihan kembali. Saya harus berhasil di usaha jamur,” lanjut Puput.

Pada 2015, ia bisa membuat baglog sendiri. Bahkan, ia mulai didatangi tetangga kampung dan luar kampung yang ingin belajar budidaya jamur. Puput dengan senang hati mengajari mereka. Bahkan, menjadikan mereka sebagai mitra. Ia menjamin akan membeli hasil panen jamur dari mitra. Meski begitu, mereka juga boleh menjual jamur ke tempat lain untuk mendapatkan harga lebih tinggi.

Di sini tantangan mulai meng hadang. Ternyata memproduksi baglog untuk mitra-mitranya tak semudah membudidayakan jamur. Risiko gagalnya tinggi. Puput pernah merasakan rugi lebih dari Rp 10 juta lantaran ribuan baglog yang dijual kepada mitranya gagal berproduksi. Kepercayaan mitra kepadanya pun berkurang.

Puput tidak menyerah. Ia terus belajar dari kesalahan dan akhirnya berhasil. Permintaan baglog terus meningkat. Dalam sehari ia bisa memproduksi 600 baglog yang masing-masing menghasilkan 3-3,5 ons jamur.

Tempat wisata

Persentuhan Puput dengan sektor wisata dimulai akhir 2016 saat dia memperluas usaha budidaya jamur dengan mengolahnya menjadi aneka camilan. Namun, usaha ini baru berhasil setelah Puput menikah dengan Isna Yuliani pada 2017.

Setelah setahun berusaha, mereka akhirnya menemukan resep yang tepat untuk membuat keripik jamur, kemudian bakso jamur, hingga rendang jamur. Mereka memberi merek produknya Jamur Borobudur.

Perlahan, Jamur Borobudur dikenal masyarakat. Rumah sekaligus tempat produksi milik Puput di Dusun Jowahan ramai dikunjungi orang. Untuk menarik wisatawan lebih banyak, ia memanfaatkan jaringan ayahnya yang bekerja sebagai kusir andong wisata di kawasan candi.

Tamu-tamu yang dibawa ayahnya dan kusir andong lainnya di ajak Puput untuk melihat-lihat proses budidaya jamur. Ternyata, mereka sangat senang. “Mereka saya ajak melihat pembuatan media tanam terlebih dulu, hingga penyimpanan jamur, lalu berakhir dengan melihat proses pembuatan camilan berbahan jamur dan mencicipinya,” ujar Puput.

Dari hanya bertani, Puput mulai belajar soal pariwisata. Ia lalu bergabung dengan komunitas wisata di kawasan Borobudur untuk menimba pengalaman dan memperkuat jaringan. Ia juga memperkuat promosi Jamur Borobudur lewat media sosial. Kini, pasar keripik jamur buatannya sudah merambah Aceh, Kalimantan, hingga Sulawesi.

Meski hampir 60 persen om zetnya berasal dari penjualan oleh-oleh, Puput selalu bersemangat setiap kali diminta berbagi pengetahuan terkait budidaya jamur. Apalagi, dua tahun terakhir, ia telah berhasil membuat benih jamur.

Ia membuka pintunya lebar-lebar kepada siapa saja yang ingin belajar budidaya jamur. “Banyak TKI, karyawan yang dirumahkan, dan korban PHK yang belajar budidaya jamur di sini,” ujarnya.

Ia menambahkan, pernah juga ada orang dari Aceh datang dan menginap di rumahnya untuk belajar budidaya jamur. “Saya juga membimbingnya sampai bisa,” kata Puput yang kini mempekerjakan 10 karyawan.

Puput bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman karena ia terinspirasi kebaikan para senior yang telah mengajari dan menyemangatinya saat ia mulai merintis usaha budidaya jamur. Ia tahu jamur bisa menjadi sandaran hidup banyak orang.

 

Sumber:  Kompas.17 Mei 2021.Hal.16

Lieke Martens. Ratu Sepak Bola Belanda. Kompas. 20 Mei 2021. Hal.16

Apabila di tim putra Barcelona representasi dari generasi terbaik dalam 15 tahun terakhir adalah Lionel Messi, Barcelona Femeni, tim putri klub asal Catalan itu, memiliki Lieke Martens. Ia tidak hanya menjadi penguasa di Spanyol, tetapi juga merajai Eropa.

Kepastian tim berjuluk “Blaugranes” menjadi raja di Eropa tercipta setelah menumbangkan Chelsea, 4-0, pada laga final Liga Champions Putri Eropa, Senin (17/5/2021) di Stadion Gamla Ullevi, Swedia.

Martens yang bermain penuh selama 90 menit  memang tidak menyumbangkan gol. Akan tetapi, ia menyebabkan pemain Chelsea melakukan kesalahan antisipasi yang menghadirkan gol bunuh diri di detik ke-33, la lantas memberikan asis untuk gol pemungkas timnya yang dicetak Caroline Hansen pada menit ke-36.

Gelar Liga Champions Putri itu melengkapi trofi Divisi Utama Liga Spanyol Putri yang telah lebih dulu direngkuh Barcelona Femeni. Bahkan, Barca menjalani 26 pertandingan di liga domestik secara sempurna alias meraih 26 kemenangan. Hebatnya, Blaugranes menciptakan 128 gol dan hanya kemasukan lima gol.

Keberhasilan Barca di Spanyol dan Eropa sejalan dengan penampilan individu Martens. Musim 2020-2021 adalah masa terbaik Martens berseragam Barca. Hal itu terlihat dari catatan golnya yang tinggi sejak bergabung dari klub Swedia, Rosengard, pada 2017.

Pada musim ini, Martens telah mencetak 11 gol di Liga Spanyol, kemudian menjadi runner-up pencetak gol terbanyak Liga Champions Putri dengan catatan lima gol. Sumbangan golnya di Eropa hanya kalah dari rekan setimnya; Jennifer Hermoso, yang membukukan enam gol. Jumlah gol Martens termasuk luar biasa bagi seorang pemain sayap.

Mimpi terbesar

Bagi Martens, Liga Champions adalah mimpi terbesarnya di level klub. Sejak bergabung dengan Blaugranes sebelum Piala Dunia Eropa 2017 dimulai, ia menargetkan dirinya membantu Barca untuk jadi penguasa di Benua Biru.

Hanya setahun tiba di Barcelona, ia Hanya membawa timnya menembus final edisi 2018-2019. Sayang. Barca kalah telak, 1-4, dari sang juara bertahan Olympique Lyon. Pada musim 2019-2020, Martens tidak mampu di fase gugur di menolong timnya yang semifinal karena mengalami cedera jari kaki.

Ketika telah sepenuhnya bugar dari cedera yang menghantuinya sepanjang musim lalu, Martens akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya mengangkat trofi Liga Champions. Lolosnya Barca ke babak final tercipta berkat dua gol Martens pada laga semifinal kedua melawan Paris Saint-Germain sehingga Barca unggul agregat 3-2

“Menjadi juara Liga Champions adalah ambisi terbesar saya ketika tiba di tim ini (Barca) empat tahun lalu. Apabila terwujud di tahun ini, itu akan menjadi sejarah baru tidak hanya bagi karier saya, tetapi juga untuk Barca,” ujar Martens menjawab pertanyaan Kompas dalam wawancara virtual, Rabu (12/5/2021).

Dengan menjadi juara Liga Champions, Martens menjadi pemain pertama di tim nasional putri Belanda yang meraih semua gelar di level klub, mulai dari liga, piala liga, hingga kompetisi antarklub Eropa. Di sisi lain, Barcelona adalah tim pertama yang merengkuh gelar Liga Champions bersama tim putra ataupun putri.

Gaji kecil

Status Martens di Barcelona Femeni memang setara Messi di tim putra. Keduanya adalah pemain dengan bayaran tertinggi. Setelah memperpanjang kontrak pada 2019 hingga 2022, ia menerima bayaran 180.000 pounds (Rp 3,65 miliar) per tahun yang menjadikannya pemain termahal di tim putri Barca.

Angka itu sangat kecil apabila dibandingkan dengan gaji pemain tim putra Barca. Sebagai contoh, jumlah gaji yang diterima Martens setahun setara dengan bayaran Messi dalam tiga hari.

Untuk mendatangkan Martens dari Rosengard, Barca mengeluarkan dana transfer. Meskipun besaran nilai transfer tidak disebutkan kedua tim, Martens menjadi pemain pertama yang membuat Barcelona Femeni rela mengeluarkan biaya untuk merekrutnya. Padahal, ketika dikontrak Barca, ia baru berstatus pemain muda dengan potensi terbesar di Eropa. Penilaian tim pencari bakat Barca kepada Martens tidak salah. Hanya sebulan setelah diperkenalkan sebagai pemain baru Blau granes, ia langsung mempersembahkan gelar Piala Eropa pertama bagi timnas putri Belanda. Keberhasilan di Piala Eropa Putri 2017 membuat ketenaran Martens makin melambung.

Pada tahun itu, ia mengawinkan gelar individu Pemain Terbaik Putri di Eropa versi UEFA serta Pemain Terbaik Putri di Dunia versi FIFA. Prestasi itu belum pernah dicapai oleh pesepak bola Belanda lainnya, baik putra maupun putri.

Kejayaan timnas putri Belanda di Piala Eropa 2017 meningkatkan pamor Martens sekaligus sepak bola putri di Negeri Kincir Dola Angin itu. Kemenangan Belanda 4-2 atas Denmark di partai puncak juga menjadi titik balik bagi sepak bola putri di Belanda yang tidak pernah berprestasi sebelumnya. Sebuah gol dan asis Martens di laga final menjadikannya pemain terbaik di turnamen itu.

“Ia (Martens) adalah seorang pemain sayap brilian yang selalu mampu menjadi inspirasi bagi timnya ketika menghadapi tekanan dan sorotan di pertandingan besar,” tulis Paul Saffer, editor sepak bola putri UEFA.com.

Dua tahun berselang, timnas putri Belanda menembus partai puncak Piala Dunia Putri untuk pertama kali. Sayang, di partai puncak, Belanda gagal menaklukkan penguasa sepak bola putri, merika Serikat, dengan skor 0-2. Adapun Piala Dunia Putri di Perancis 2019 menjadi keikutsertaan kedua Belanda setelah Piala Duma Kanada 2015. Martens pun satu-satunya pemain Belanda yang mampu mencetal gol di dua edisi Piala Dunia Putri.

Belum puas

Untuk berada di puncak karier-saat ini, jalan Martens tidak mudah. Ia sempat kesulitan mencari klub sehingga harus bermain dengan tim putra hingga usia 16 tahun. Ia juga sering dianggap sebelah mata karena mimpinya menjadi pesepak bola profesional. Sebab, pada awal dekade 2000-an, sepak bola putri Belanda belum berkembang Selain itu, belum ada liga professional.

Meskipun sempat bergabung dengan klub Belanda, Heerenven, ketika berusia 17 tahun, Martens memilih bertualang ke Belgia, Jerman, Swedia, dan Spanyol untuk mengembangkan kariernya. Ia telah mengoleksi sembilan gelar di level klub. Petualangannya pun telah memberikan dampak positif bagi prestasi timnas putri Belanda.

Dengan sumbangsih besarnya bagi perkembangan sepak bola putri Belanda, Martens masuk dalam daftar 25 wanita paling berpengaruh di olahraga internasional versi majalah bisnis terkemuka Forbes pada 2018. Namun, ia belum puas dengan berbagai prestasinya. Ia masih memiliki impian yang prestasinya. Ia masi ingin diwujudkannya.

“Saya berambisi mempersembahkan medali emas untuk Belanda di Olmpiade Tokyo. Untuk di luar sepak bola, saya ingin melakukan banyak hal yang bermanfaat bagi komunitas di sekitar saya dan dunia,” kata pemain bertinggi 1,7 meter itu.

 

Sumber: Kompas. 20 Mei 2021. Hal.16

Dwi Listyo Rahayu. Meneliti Kelomang dan Kepiting. Kompas. 5 Mei 2021. Hal.16

Selama puluhan tahun, Dwi Listyo Rahayu (64) setia meneliti biota laut. Saat ini, dia memilih mengambil peran meneliti keragaman jenis kelomang dan kepiting. Kelomang atau Paguroidea yang berfungsi menjaga keseimbangan laut dan kepiting atau Brachyura yang membuat lubang-lubang di dasar perairan untuk membantu aerasi (menambah oksigen).

Mediana

Setengah abad lebih setelah Ekspedisi Snellius I, Pemerintah Indonesia dan Belanda bekerja sama meneliti kembali perairan timur Nusantara. Indonesia di wakili Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Belanda melalui Netherlands Council for Oceanic Reseach yang berada di bawah Netherlands Organization for the Advancement of Science. Kedua negara sepakat melanjutkan penamaan sebelumnya, yakni Snellius II.

Ekspedisi itu terdiri atas lima tema penelitian, yakni geologi dan geofisika, ventilasi lubuk laut dalam, sistem pelagis, terumbu karang, dan dampak sungai terhadap lingkungan laut. Ekspedisi Snellius II dimulai Juni 1984. Dwi Listyo Rahayu atau akrab disapa Yoyo yang baru dua tahun bekerja sebagai peneliti Stasiun Penelitian Ambon LIPI ikut dalam rombongan itu.

Pengalaman ikut Ekspedisi Snellius II membuat Dwi berkenalan dengan peneliti-peneliti taksonomi senior. Mereka tampak girang ketika menemukan biota laut tak dikenal, lalu berhasil mendeskripsikannya. Dari sanalah dia mengakui mulai jatuh cinta dengan taksonomi, khususnya taksonomi morfologi.

Seusai ekspedisi, dia meraih beasiswa Overseas Fellowship Program (OFP) angkatan pertama yang digagas BJ Habibie. Dengan beasiswa itu, dia kuliah magister Biology Oceanography di Universite de Paris 6, Pierre et Marie Curie, di Paris, Perancis.

Awalnya, dia berpikir mau bekerja meneliti ulang. Alasannya, udang bisa dimakan. Lalu, Dwi mencari professor taksonomi yang meneliti udang, tetapi ternyata materi penelitian ada di Kaledonia Baru. Lalu, dia mencari materi penelitian yang lebih dekat, yakni di Paris, Perancis. Saat itulah dia ditawari mengerjakan kelomang.

“Reaksi pertama saya ‘apa ini? (kelomang) tak bisa dimakan.’ Masih penasaran, saya mencari banyak literatur untuk pendukung riset. Saya kaget karena publikasi mengenai kelomang di Indonesia terakhir kali pada 1937 dan tidak ada lagi setelah itu,” ujar Dwi saat dihubungi pada Sabtu (24/4/2021) dari Jakarta.

Sejak itu, dia menekuni keragaman kelomang sampai kemudian melanjutkan doktoral di universitas yang sama. Dwi merasa beruntung dengan aturan beasiswa OFP yang mengharuskan S-2 lanjut ke S-3. Jaringan kerja dengan peneliti taksonomi morfologi dari sejumlah negara, seperti kawasan Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang, membukanya jalan baginya menekuni kelomang.

Jejaring itu juga kelak membuatnya menjadi peneliti tamu berbagai Museum Natural History, antara lain di Singapura (Lee Kong Chian Natural History Museum-NUS); Jepang (National Science Museum, Tokyo; Natural History Museum and Institute, Chiba); Perancis (Museum National d’Histoire Naturelle, Paris); Amerika Serikat (National Museum of Natural History, Smithsonian Institution, Washington DC).

Setelah Snellius II, Dwi terlibat dalam ekspedisi biodiversitas berskala internasional, seperti Karubar, Sjades, Comprehensive Marine Biodiversity Survey (CMBS), Panglao, dan Kumejima. Selain dari perairan laut Indonesia, dia meneliti taksonomi kelomang dan kepiting dari berbagai perairan di Indo-Pacific.

Mencintai Laut

Hidup berdampingan dengan laut memang telah menjadi kesehariannya sejak kecil. Dia yang berasal dari Banyuwangi, akrab bermain di pantai setiap akhir pekan diajak ayahnya. Setelah lulus SMA, dia mantap mengambil jurusan perikanan di IPB University. Tugas akhirnya pun berhubungan dengan penelitian di laut.

Seusai studi pascasarjana, Dwi kembali bekerja di Ambon. Ketika Ambon mengalami kerusuhan tahun 1999, semua peneliti LIPI Ambon, termasuk Dwi, harus mengungsi. Sempat seminggu di pengungsian, dia dan peneliti lain terpaksa harus keluar dari Ambon karena suasana semakin tak terkendali.

Dalam ingatan Dwi hanya terpikir menyelamatkan spesimen-spesimen kelomang hasil Ekspedisi Siboga (1899-1900), koleksi dari sejumlah museum di Eropa, yang belum selesai dia teliti. Dia kembali ke kantor LIPI Ambon mengambil semua spesimen, memasukkan ke dalam ransel, dan naik kapal ke luar dari Ambon ke Jakarta.

Spesimen tersebut berhasil dipublikasikan tahun 2005. “Ada berkisar 20-25 botol specimen. Saya hanya bawa baju dan keperluan sedikit. Semua literatur tertinggal,” ujarnya.

Kesempatan mengeksplorasi laut kembali menghampiri Dwi saat ke Jakarta. Saat itu, sang suami mendapat kesempatan menjadi konsultan di Papua, Dwi mendapat tawaran mengeksplorasi dan meneliti kepiting di mangrove Papua.

“Keluar dari Ambon tanpa bawa literatur. Saya tetap ambil kesempatan meneliti kepiting. Saya ke singapura, semua literatur saya fotokopi guna mendukung penelitian kepiting itu,” kenang Dwi.

Pada penelitian mangrove di Papua, beberapa hasil sudah di deskripsikan dan dipublikasikan, yakni Elamenopsis gracilipes, Amarinus pristes, Clistocoeloma amamaparense, Paracleistostoma quadratum, dan Clibanarius harisi.

Sejak 1988 sampai sekarang, sebanyak 2 genus dan 71 spesies baru kelomang serta 6 genus dan 76 spesies baru kepiting telah ditemukan, dideskripsi, dan dipublikasikan ke dalam 88 artikel ilmiah di jurnal nasional dan internasional. Hasil tersebut dia tulis secara mandiri atau bersama peneliti lain.

Ada rasa takjub sekaligus bersyukur kepada Sang Pencipta setiap kali Dwi berhasil mengungkap spesies baru. Apalagi, di perairan Indonesia. Dia yakin Indonesia merupakan negara maha-biodiversitas. Dia memprediksi Indonesia mempunyai 200-300 spesies kelomang.

Beberapa contoh spesies baru kelomang di Indonesia yang berhasil dia deskripsikan secara mandiri ataupun bersama peneliti lainnya ialah Clibanarius rubroviria, Calcinus morgani, dan Pagurusfungiformis.

Hanya, kekayaan biota laut sebanyak itu belum banyak di teliti oleh peneliti Indonesia. Kegelisahan lainnya yang kini dirasakan oleh Dwi adalah berkurangnya generasi muda mau meneliti taksonomi morfologi. Kebanyakan anak muda suka mengerjakan taksonomi genetik. Padahal, tanpa menguasai taksonomi morfologi, penelitian taksonomu genetik akan kesusahan.

“Apa yang saya kerjakan sekarang adalah sains dasar. Taksonomi adalah dasarnya ilmu biologi. Kalau taksonominya tidak ketahuan, sainstis juga tidak bisa berbicara dan itu berdampak ke hal lainnya, seperti budidaya dan pelestarian ekologi,” katanya.

Dwi tidak pernah menyesali perjalanan hidupnya yang berkecimpung dengan kelomang dan kepiting. Padahal, mulanya dia ingin menekuni taksonomi Crustacea yang langsung cepat komersial, seperti udang.

“Saya punya pasangan peneliti yang mengerjakan budidaya biota laut yang bisa dimakan. Klop kan?” ujarnya sambil tertawa.

Masih banyak aktivitas penelitian keragaman jenis kelomang dan kepiting yang ingin dia kerjakan, baik melalui ekspedisi maupun menyelesaikan spesimen yang sudah tersedia. Dia juga sedang membimbing salah satu mahasiswanya agar bisa meneruskan penelitian taksonomi morfologi.

Di waktu luangnya, Dwi memilih membaca novel detektif yang dibelinya bandara-bandara luar negeri. Menurut dia, selain menghibur, dia bisa melatih kemampuan berbahasa Inggris yang bermanfaat untuk penulisan di jurnal ilmiah.

Ketika senja tiba dan dia masih di kantornya, Balai Bioindustri Laut LIPI Lombok, Dwi memilih menikmati suasana laut. “Sangat bisa sekali melihat padang lamun,” katanya menutup pembicaraan.

Dwi Listyo Rahayu

Lahir: Mojokerto, 31 Juli 1957

Pendidikan:

  • S-1 Perikanan, IPB University
  • S-2 (1988) dan S-3 (1992) Biology Oceanography, Universite de Paris 6, Pierre et Marie Curie, Paris, Perancis

Pekerjaan: Ahli Peneliti Utama, Profesor Riset di Balai Bioindustri Laut-LIPI di Lombok, NTB (2005-sekarang)

Penghargaan: Satyalancana Karya Satya 10, 20, dan 30 tahun, dan Satyalancana Wira Karya

 

Sumber: Kompas, 5 Mei 2021

Avan Fathurrahman. Mengajar di Tengah Pandemi. Kompas.10 Mei 2021. Hal.16

Kesenjangan sistem belajar daring di masa pandemi Covid-19 menyebabkan siswa di pelosok desa ketinggalan materi pelajaran. Demi mengatasi ketertinggalan itu, Avan Fathurrahman (41) rela mendatangi satu per satu peserta didiknya meski dihantui risiko tinggi terpapar virus SARS-CoV-2.

Saat siswa di kota-kota besar memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk belajar di masa pandemi, peserta didik di pelosok pedesaan seperti Sekolah Dasar Negeri Batuputih Laok 3, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, hanya bisa pasrah menerima keadaan. Alih-alih memiliki laptop atau komputer, gawai pintar pun jauh dari jangkauan.

Sebagian orangtua peserta didik memang memiliki gawai, tetapi teknologinya jauh tertinggal. Akibatnya, siswa tak bisa mengandalkan gawai dalam sistem pembelajaran daring. “Sempat ada orangtua yang berniat meminjam uang hanya untuk membeli ponsel pintar. Namun, saya mencegahnya karena hal itu bukanlah solusi dari permasalahan pembelajaran daring di masa pandemi,” ujar Avan, guru SDN Batuputih Laok 3, saat dihubungi pada Jumat (30/4/2021).

Upaya meningkatkan kemampuan akademik peserta didik dengan metode pembelajaran jarak jauh mensyaratkan banyak hal.

Salah satunya jaringan internet yang lancar. Sayangnya, banyak desa yang tidak memiliki akses internet yang bagus. Ditambah lagi orangtua siswa tidak memiliki dana untuk membeli pulsa.

Persoalan bertambah runyam karena masyarakat di tempat Avan mengajar sejak 2015 ini umumnya gagap teknologi. Butuh waktu lama untuk belajar memakai aplikasi di internet seperti Google Meet. Apalagi, banyak orangtua siswa yang buta huruf. Di sisi lain, orangtua siswa tak bisa mendampingi anak-anaknya belajar di rumah. Mereka harus bekerja di ladang. “Sempat ada dermawan yang mau membelikan ponsel pintar untuk semua siswa. Namun, orangtua murid menolaknya. Mereka tetap meminta didatangi ke rumah untuk mengajari anak-anak secara langsung,” kata Avan.

Banyaknya masalah seputar implementasi pembelajaran daring membuat Avan memutuskan tetap mendatangi muridnya. Dia keliling desa, dari rumah ke rumah, untuk mengajar siswa, setidaknya tiga kali seminggu.

Dia menjelaskan materi, memberikan petunjuk tugas, mengoreksi tugas siswa yang diberikan sebelumnya, hingga mengapresiasi pekerjaan siswa. Imbauan pemerintah untuk pembelajaran jarak jauh terpaksa dilanggarnya. Sebagai pengajar, alumnus $-2 Universitas Muhammadiyah Surabaya ini merasa bertanggung jawab membimbing anak-anak didiknya. Tentunya pertimbangan kesehatan tetap yang utama. Avan bersyukur, daerah itu masuk zona hijau atau risiko rendah sebaran Covid-19.

Awal mengajar keliling, Avan yang menjadi wali kelas enam ini hanya mendatangi anak didiknya. Tetapi, di tengah perjalanan, dia mendatangi siswa kelas lain yang berdekatan. “Jadi, saya berpikir sekalian saja mengecek kondisi mereka dan memberikan materi pelajaran yang ringan,” ucapnya.

Dalam sehari ia bisa menjangkau tujuh rumah siswa. Saat cuaca sedang bersahabat, ia bisa mendatangi 11-12 rumah. Dia berangkat pagi dari rumahnya dengan waktu perjalanan sekitar 40 menit dengan jarak tempuh sekitar 20 kilometer. Sepeda motor menjadi kendaraan andalannya karena mampu menjangkau jalan-jalan di pelosok pedesaan yang tak seberapa lebar. Meski demikian, saat hujan dan jalan yang dilalui becek, Avan terpaksa berjalan kaki ke rumah siswa.

Meski beberapa sekolah sudah memulai pembelajaran tatap muka, Avan tetap mendatangi rumah siswanya. Ada beberapa siswa yang tidak sekolah karena orangtuanya tak bisa mengantar.

Pegiat literasi

Di sela kesibukan mengajar di sekolah, Avan meluangkan waktu untuk kegiatan literasi demi menumbuhkan minat baca anak-anak. Kegiatan itu dimulai dengan menulis buku cerita anak yang menampilkan kearifan lokal dan pelajaran agama Islam.

Beberapa buku cerita anak dihasilkan saat dia masih mengajar di sekolah dasar yang berada di Pulau Raas tahun 2010-2015. Sekolah itu harus ditempuh selama 11 jam perjalanan dengan perahu sehingga membuatnya jarang pulang. Di situlah dia justru punya banyak waktu untuk menulis.

Avan juga secara sukarela mengelola gerakan literasi di masyarakat. Salah satunya dilatarbelakangi kesenjangan kemampuan siswa di kota dan di desa. “Mayoritas siswa sekolah dasar di desa tidak mengenyam pendidikan taman kanak-kanak. Akibatnya, mereka belum mengenal bentuk huruf dan angka,” katanya.

Buku cerita merupakan media pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan, terutama bagi anak-anak yang baru mengenal sekolah. Agar anak-anak lebih termotivasi membaca, Avan membawakan cerita dalam buku itu dengan mendongeng.

Avan kerap berkeliling desa mengenalkan buku cerita dan mendongeng untuk anak-anak. Kepiawaian Avan membawakan cerita anak-anak melalui dongeng membuatnya menerima banyak apresiasi. Salah satunya dari Perpustakaan Daerah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.

Agar dongeng lebih dikenal luas oleh anak-anak masa kini yang terpapar gawai sejak kecil, Avan bekerja sama dengan salah satu radio di kotanya. Dia kerap mendongeng untuk kegiatan sosial, misalnya di panti asuhan. “Minat baca anak-anak di daerah pedesaan sebenarnya tidak kalah dengan di perkotaan. Hanya saja, mereka kerap terkendala minimnya ketersediaan buku bacaan yang berkualitas,” ujar Avan.

Sebagai pengajar dan pegiat literasi, Avan menyadari pendidikan tatap muka tak bisa digantikan dengan pembelajaran jarak jauh. Selama pandemi, dia bertekad terus bersiasat demi mengatasi ketertinggalan dalam belajar ataupun memupuk minat baca anak-anak.

 

Avan Fathurrahman

Lahir: 15 Januari 1980

Istri: Fadilatun Naila (28)

Pendidikan:

  • S-1 STKIP jurusan Bahasa Indonesia
  • S-2 Universitas Muhammadiyah Surabaya

Pekerjaan:

  • Guru SDN Batuputih Laok 3 (2015-sekarang)
  • Guru SDN Goa-Goa 1 di Pulau Raas (2010-2015)

Sumber: Kompas, 10 Mei 2021

Antonio Conte. Pelatih Para Pecundang.Kompas. 4 Mei 2021.Hal.16

Bagi pelatih sepak bola asal Italia, Antonio Conte (51), kemenangan dan kejayaan adalah tujuan utama dalam hidupnya. Tak heran, anaknya dinamai Vittoria (13) alias pemenang. Berbagai gelar juara pun kini selalu mengiringi langkah Conte di mana pun ia bertualang.

Gelar juara itu terakhir kali diraihnya bersama Inter Milan. Klub berjuluk “I Nerazzurri” itu dipastikan menjadi juara Liga Ita- ha Serie A untuk pertama kali dalam 11 tahun terakhir. Trofi scudetto (gelar juara Liga Italia) ke-19 Inter menjadi penegas kepiawaian Conte yang sebelumnya juga pernah memberikan gelar juara liga untuk Juventus dan klub Inggris, Chelsea.

Berbeda dengan kebanyakan pelatih klub besar yang lebih sering meneruskan kejayaan para pendahulunya, Conte memilih jalan lainnya yang jauh lebih sulit. Ia memilih “babat alas”. Serupa dengan yang dilakukannya di Juve dan Chelsea, Conte membuka jalan baru menuju kesuksesan saat Inter tengah tersesat lama di hutan belantara alias era tanpa prestasi dan jati diri.

Sebelum Conte hadir di Appiano Gentile, kawasan markas Inter di pinggiran Milan, “La Beneamata” telah menghadirkan banyak pelatih untuk mengembalikan kejayaan mereka seperti di era 1990 hingga 2000-an. Total 11 pelatih telah didatangkan Inter sejak terakhir kali mereka berjaya dengan meraih treble (tiga gelar semusim) pada era Jose Mourinho di 2010. Mereka merupakan pelatih berkelas dunia, seperti Rafael Benitez, Roberto Mancini, dan Gian Piero Gasperini.

Namun, tak satu pun dari mereka yang mampu memberikan prestasi. Capaian tertinggi mereka pada satu dekade terakhir di Liga Italia, sebelum Conte hadir di Gentile pada awal musim 2019-2020, adalah finis sebagai runner-up pada 2011 bersama Benitez. Inter kehilangan jati dirinya sebagai tim yang disegani di Italia dan pernah meraih lima scudetto beruntun pada kurun 2006 hingga 2010. Satu dekade terakhir, mereka lebih kerap finis di luar peringkat empat besar.

Maka, tantangan Conte pun sangat berat ketika pertama kali menangani Inter pada 2019. Ia harus menanamkan mentalitas juara, hal yang sangat asing di skuad para pemain Inter saat itu. Dari 24 anggota skuad Inter, hanya gelandang Arturo Vidal yang pernah merasakan gelar juara liga, baik bersama Juve, Bayern Muenchen, maupun Barcelona.

“Pencapaian ini berkat pemimpin hebat seperti Conte. Dia membawa nilai-nilai penting dari karier hebatnya dan penuh gelar sebagai pemain ataupun pelatih. Ia meneruskannya ke para pemain (Inter) saat ini,” ujar Direktur Inter Milan Beppe Marotta di kutip Sky Sport Italia, Minggu.

Resep kesuksesan

Lantas, apa resep kesuksesan Conte sehingga mampu “menyulap” Inter menjadi barisan pemenang? “Kerja keras dan keyakinan. Anak-anak ini sebelumnya tidak terbiasa menang dan juara. Saya menunjukkan cara (menjadi juara) dan mereka sepenuhnya percaya kepada saya. Pada akhirnya, kami menemukan jalan (kejayaan),” ujar Conte saat diwawancarai media Italia, Rai 2.

Perkataan serupa disampaikannya saat pertama kali melatih Juventus, Agustus 2011. Serupa Inter, saat itu Juve tengah compang-camping sebagai dampak hengkangnya para bintang mereka menyusul skandal calciopoli (pengaturan wasit). Jangankan juara, apalagi mendominasi Italia, Juve adalah tim inferior. Juve finis dua kali beruntun di peringkat ketujuh Liga Italia, tepat sebelum Conte hadir.

Berkat gebrakannya, pada musim pertamanya di klub Turin itu, Juve langsung meruntuhkan oligopoli AC Milan dan Inter Milan. “Si Nyonya Besar” meraih scudetto musim 2011-2012. Ajaibnya, mereka meraih status invincibles alias tak terkalahkan dari 38 laga Liga Italia pada musim itu. Tak heran, sebagian fans Juve menjulukinya sebagai “sang juru selamat”. Namanya pun diabadikan di lantai Stadion Juventus sebagai pengisi Walk of Fame bersama para legenda lainnya klub itu, seperti Zinedine Zidane, Alessandro Del Piero, Dino Zoff, dan Paolo Rossi.

Maka itu, saat menerima tawaran melatih Inter pada 2019, Conte sempat tersudut. Ia nyaris tidak punya kawan dan dibenci sebagian pendukung garis keras Juve yang menganggapnya berkhianat karena bersedia melatih tim rival. Ia bahkan dikabarkan pernah mendapatkan ancaman pembunuhan. Sebaliknya, para pendukung Inter sulit menerimanya karena masa lalu nya yang erat dengan Juve, baik sebagai mantan pemain, kapten tim, maupun pelatih.

Akhir November lalu, ribuan pendukung Inter menyuarakan pemecatan Conte melalui gerakan #Conteout yang jadi topik hangat di Twitter. Padahal, beberapa bulan sebelumnya, ia membawa Inter kembali disegani lewat capaian ke final Liga Europa serta runner-up Liga Italia. Namun, seperti biasa, ia bergeming. Ia menjadikan kritikan sebagai cambuk untuk berupaya lebih baik.

Cambukan itu juga tidak segan diberikan Conte kepada para pemainnya. Sejak Conte hadir, para pemainnya, termasuk di Inter, kehilangan zona nyamannya. Striker Inter, Romelu Lukaku, misalnya, menggambarkan suasana latihan bersama Conte tidak ubahnya medan perang. Para pemain Inter digenjot fisiknya sehingga muntah-muntah. Namun, bukan hanya memerintah, Conte juga memberi teladan.

la jarang tertidur pulas saat malam, semata-semata hanya memikirkan taktik timnya. Seluruh hidupnya adalah tentang sepak bola. Andrea Pirlo sempat berseloroh, Conte mempunyai “dua istri” karena kerap bermalam di kantornya. Istri pertamanya Elisabetta Muscarello dan yang kedua sepak bola.

Bagi Conte, prestasi dan trofi adalah hal yang bakal terukir dan dikenang selamanya, melampaui harta dan kekayaan. Tak heran, ia pernah melabrak mantan anak asuhnya di Juve, Gianluigi Buffon, saat memotong diskusi video rekaman tentang permainan calon lawan. Saat itu, Buffon membahas usulan bonus karena sukses menjuarai Liga Italia tahun 2012 silam. luar prediksi,

“Setiap hari, saya berkata ke pada mereka (para pemain) bahwa kejayaan tim harus diuta makan ketimbang kesuksesan individu,” ujar Conte, pelatih perfeksionis yang dikenal berkarakter keras dan sangat disiplin, seperti dikutip AFP.

Namun, masa depan Conte masih menjadi misteri. Ia belum berkomitmen untuk bertahan di Inter. Bisa jadi, ia akan berlabuh ke klub lain nya untuk mencari tantangan baru, yaitu mengubah barisan pecundang lainnya agar bisa menjadi pemenang.

 

Sumber: Kompas. 4 Mei 2021.Hal.16

Alwy Herfian Satriatama. Inovator dari Sleman.Kompas.8 Mei 2021.Hal.16

Pada usia yang masih muda, Alwy Herfian Satriatama (26) memimpin usaha rintisan di bidang teknologi. Pemuda asal Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, ini terus mengembangkan usahanya hingga bisa mengekspor produknya ke sejumlah negara.

Nino Citra Anugrahanto

Karier Alwy dalam wirausaha di rintis sejak ia mulai berkuliah di Universitas Gadjah Mada pada 2013. Selama kuliah, ia bergabung dengan organisasi pengembangan kewirausahaan mahasiswa, UGM Innovative Academy. Dia mendirikan usaha rintisa bernama Majapahit Tech.

“Saya mulai dengan modal Rp 300.000. Diputar terus sampai akhirnya semakin besar,” kata Alwy, saat ditemui di Kantor Widya Robotics, di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (29/4/2021).

Salah satu produk Majapahit Tech adalah Gupala, sistem pengamanan sepeda motor. Lewat sistem itu, pemilik sepeda motor harus memasukkan sejumlah kode sebelum menyalakan sepeda motornya. Jika tidak, alarm akan berbunyi. Ide sistem itu berawal dari pengalaman temannya yang kehilangan sepeda motor.

Selanjutnya, Alwy mengembangkan produk lain, yaitu Kebon yang merupakan instalasi penyiraman kebun otomatis. Penyiraman kebun cukup dengan mengirim pesan singkat atau SMS dari ponsel pemilik kebun.

Inovasi teknologi yang diproduksi Alwy mengantarkannya pada sejumlah penghargaan. Pada 2018, ia menyabet dua penghargaan, yakni Juara Pertama Wirausaha Muda Mandiri Indonesia dan Juara Kedua Samsung Global Start Up Acceleration Program.

“Setelah itu, ada investor yang tertarik berinvestasi. Mereka dari UMG Idea Lab, perusahaan capital venture yang berbasis di Asia Tenggara,” tutur Alwy.

Investasi datang bersamaan dengan mentasnya Alwy dari bangku perkuliahan. Bisnisnya makin berkembang. Anggota timnya bertambah dari 4 orang menjadi 19 orang. Alwy merekrut lulusan baru dari kampusnya. Majapahit Tech berganti nama menjadi Widya Robotics, pada awal 2019. Nama tersebut bertahan hingga saat ini.

Lewat Widya Robotics, Alwy menghasilkan produk yang berfokus pada bidang kecerdasan buatan, robotik, dan otomasi. Dalam kurun waktu dua tahun, Widya Robotics membentuk tujuh “perusahaan saudara” (sister company). “Kami lakukan spin off untuk setiap produk yang dihasilkan sehingga menjadi perusahaan baru. Harapannya, agar produk dapat dikembangkan lebih fokus,” kata Alwy.

Salah satu produk yang menarik perhatian bernama “Widya Load Scanner”. Produk itu berupa alat pengukur muatan truk berbasis kecerdasan buatan. Beban muatan truk berbasis kecerdasan buatan. Beban muatan truk diketahui lewat pemindaian menggunakan LIDAR (Light Detection and Ranging). Sejak diluncurkan pada 2020, sudah ada 5 unit alat itu yang dipasang di tiga lokasi berbeda, yakni di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Myanmar.

“Di luar negeri, alat ini sudah cukup masih, tetapi di Indonesia memang belum. Masalahnya harganya mahal. Di luar negeri bisa lebih dari Rp 1 miliar. Yang kami bikin harganya Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar. Peluangnya masih sangat besar,” kata Alwy.

Produk lainnya adalah QHSE (Quality, Health, Safe, and Environment) Recognition dan vending machine nitrogen. QHSE Recognition digunakan untuk mendeteksi kelengkapan pakaian seorang pekerja sesuai dengan standar keamanan di lingkungan proyek. Alat itu digunakan di tiga BUMN dalam bidang kontruksi.

Sementara itu, vending machine nitrogen adalah alat pengisi nitrogen pada ban secara otomatis. Tidak perlu ada operator. Pembayaran juga dilakukan secara mandiri lewat mesin tersebut dengan uang elektronik. “Saat, ini (vending machine) sudah ada 23 titik dan akan bertambah jadi 38 titik. Itu ada di jalan tol, rest area, dan SPBU di beberapa daerah,” jelas Alwy.

Dukungan

Semula, Alwy tidak sepenuhnya didukung orangtuanya saat memulai wirausaha. Sebab, saudara-saudaranya tidak berhasil menyelesaikan kuliah gara-gara berbisnis sambil kuliah.

“Akhirnya, saya membuat perjanjian dengan orangtua. Saya ingin buktikan bahwa bisa lulus tepat waktu. Lalu, kalau IPK (Indeksi Prestari Kumulatif) di bawah 3,5, saya akan stop berorganisasi dan bisnis,” kenang Alwy.

Alwy pun membuktikkan dengan lulus dalam waktu empat tahun dari Jurusan Elektronika dan Instrumentasi, Fakultas MIPA UGM. Selama delapan semester, nilainya selalu di atas 3,5.

Restu orangtua baru diperoleh Alwy setelah lulus kuliah. Sebab, begitu lulus kuliah, pada 2018, Kantor Staf Presiden mengirim dia ke Jerman untuk mengamati kemajuan teknologi di negara itu. “Sebelum itu, saya belum pernah ke luar negeri. Waktu itu, saya dinilai berprestasi di bidang kewirausahaan teknologi. Setelah dapat pengakuan tersebut, pandangan ibu terbuka,” kata Alwy.

Restu ibu membuat jalan Alwi dalam berwirausaha semakin lapang. Perjalanan ke luar negeri semakin sering dia lakukan. Bisnis usahanya pun dilirik investor hingga berkembang seperti sekarang. Dari awalnya empat orang, kini ada 250 orang di perusahaannya.

Sumber daya manusia masih jadi tantangan bagi Alwy. Banyak lulusan hebat sudah diambil lebih dulu oleh perusahaan yang lebih besar. Namun, ia tak kecil hati.

Kini, Alwy bercita-cita agar Widya Robotics berkembang semakin besar dan diakui publik. Ia ingin membesarkan nama Indonesia dalam kancah industri teknologi. Diharapkan, perusahaan rintisnya itu menjadi yang terbesar di Asia.

“Kami ingin berjaya di Asia, jadi salah satu perusahaan acuan di Asia. Mungkin, awalnya dari Indonesia, setelah itu Asia Tenggara, selanjutnya di Asia. Sebab, kami sudah punya klien di Myanmar dan Korea (Selatan),” kata Alwy.

Alwy Herfian Satriatama

Lahir: Gunungkidul, Yogyakarta, 23 September 1994

Riwayat Pendidikan:

  • Teknik Industri, Universitas Gadjah Mada (2013-2014)
  • Elektronika dan Instrumental, Universitas Gadjah Mada (2014-2018)
  • Deep Technology Bootcamp, Massachusetts Institute of Technology (2019)

Prestasi, di antaranya:

  • Peraih Medali Emas PIMNAS 2016
  • Juara Pertama Invention Tradition Indonesia (2017)
  • Juara Pertama Wirausaha Muda Mandiri Indonesia (2018)
  • Juara Kedua Samsung Global Start Up Acceleration Program (2018)

 

Sumber: Kompas, 8 Mei 2021