Penulis : Fransisca Bertha Vistika
Menu tradisional khas Jawa Timur banyak ragamnya. Ramuan menu berbahan petis di Warung Ojo Lali Tahu Campur di Serpong bisa jadi pilihan.
Menjelang malam, banyak mobil perkir rapi di depan pelataran toko Indo Guna Stainless di daerah Serpong, Tangerang Selatan Banten. Halaman toko itu hampir setiap malam terlihat ramai, tapi bukan untuk membeli besi, melainkan ingin menikmati aneka makanan yang dijajakan oleh para pedagang untuk menyewa halaman toko untuk berdagang. Toko stainless-nya sendiri, sudah tutup kala matahari tenggelam.
Di tempat itu ada aneka pilihan makanan. Ada olahan sea food, ada gerai yang menawarkan roti bakar dan mi instan, soto madura, sate blora, dan juga lapak yang menjual beragam minuman.
Di antara banyak makanan itu, ada menu yang menarik dan memang menjadi idola di tempat itu. Namanya tahu campur khas Lamongan, Jawa Timur.
Si empunya warung tampak sibuk. Tangannya tak berhenti beraktivitas. Mulai menggoreng tahu, mengulek bumbu kacang ataupun melayani pembeli. Ya maklum saja, makanan khas Jawa Timur milik wajung Ojo Lali Tahu Campur ini pembelinya silih berganti, Selalu ramai.
Erna, salah satu pengunjung yang berlangganan tahu campur sejak berdirinya warung ini bilang, ada rasa khas yang ia dapat dari masakan kedai ini. “Saya paling suka tahu campur di sini karena rasa petisnys otentik banget. Isiannya banyak. Koyornya (lemak daging) itu lho banyak sekali,” ujarnya.
Menurut Rahmawati, sang pemilik warung tahu campur kedainya kerap disambangi Leony, mantan penyanyi cilik Trio Kwek-Kwek untuk sekadar makan malam.
Kedai ini buka mulai jam 6 sore sampai 12 malam. Meski hanya 6 jam berjualan, Rahmawati mampu menjual hingga 200 porsi tahu campur.
Anda tdak perlu khawatir enggak kebagian tempat duduk saat berkunjung ke warung ini, meski ramai. Sebab, meja dan kursi di tempat ini mampu menampung 50 orang lebih.
Sebelum memilih tempat duduk sebaiknya Anda langsung mendatangi pramusaji kedai untuk memesan menu favorit yang ingin Anda nikmati.
Untuk menikmati seporsi tahu campur, Anda tak perlu menunggu lama. Dalam waktu lima menit, seporsi tahu campur dengan ukuran terbilang jumbo dengan banderol Rp 17.000 tersaji di hadapan Anda.
Kirim dari Surabaya
Bagi penikmat daging kenyal, Anda akan merasa puas dengan sajian ini lantaran potongan koyor atau bagian daging sapi yang kenyal berlimpah.
Mie kuning, kentang yang digoreng setengah matang, selada segar dan pastinya tahu goreng, semakin membuah lidah tergoyang. Ketika kuahnya diseruput, aih sedap sekali.
Koyornya pun bikin ketagihan. Rasanya gurih dan empuk. Bumbunya meresap sampai lapisan terdalam.
Menu lain yang bisa Anda coba di warung ini antara lain tahu tek, tahu telor, rujak cingur, rawon dan soto lamongan. Jika Anda doyan bumbu kacang bisa mencicipi tahu telur dan rujak cingur. Dua menu lain yang digemari pengunjung.
Hampir sama dengan tahu telur kebanyakan, sajian ini berisi tahu dan telur digoreng, kentang yang direbus, dan tauge. Anda juga bisa menambah lontong biar makin kenyang.
Sedangkan untuk rujak cingur perpaduan antara sayuran dan buah-buahan yang ditambahkan cingur atau hidung dan bibir sapi. Sayurnya terdiri dari kangkung, timun, dan juga tauge. Sedangkan buah, ada nanas. Sama seperti daging sapi pada tahu campurnya, cingur di hidangkan ini mepuk dan kenyal.
Baik tahu telur maupun rujak cingur sebenarnya bumbunya serupa. Perpaduan antara bumbu kacang, petis, gula putih dan gula merah. Rasa gurih, manis, dan pedas bersatu saat bumbu mulai menyentuh lidah.
Bagi yang tak suka pedas, jangan khawatir karena tingkat kepedasan ketiga menu ini dibuat sesuai pesanan pembeli.
Jika tak suka petis, Anda bisa coba mencicipi menu rawon maupun soto lamongan. Manu ini tak kalah banyak peminatnya dibanding ketiga menu andalan kedai Rahmawati.
Rahmawati mengaku tak punya rahasia khusus soal resep tahu campur olahannya yang banyak diminati pembeli. Ia bilang resep ini diajarkan oleh sang kakak yang sebelumnya sudah mendirikan warung tahu campur di Tebet, Jakarta. “Paling yang membedakan dengan tahu campur orang lain ya dari petisnya. Saya langsung pesan petis ke langganan kami di Surabaya,” katanya.
Dalam 1,5 bulan, Rahma bisa memesan 12 ember petis yang isinya 12 kilogram (kg) hingga 15 kg per ember. Modal untuk belli petis ini sekitar Rp 5 juta setiap 1,5 bulan. “Kami pakai petis komposisi udang, kualitasnya yang super istimewa,” ujar Rahma. Selain petis ia juga impor gula merah dari Surabaya yang ia anggap lebih wangi.
Mimpi Membangun Kedai Permanen
AWAL tahun 2007, Rahmawati menyewa tempat di depan sebuah rumah toko (ruko) di dekat Perumahan Alam Sutera, Tangerang. Dengan beratap tenda kaki lima, Rahmawati mulai berjualan tahu campur. Sayangnya, lokasi itu kerap terkena banjir. “Kalau hujan, saya sama suami harus pegang tendanya biar nggak kena pelanggan yang makan,” kenangnya.
Meski harus was-was ketika hujan, penjualan tahu campur Rahma lumayan, bisa laku 50 porsi per hari. Namun, baru 11 bulan berdagang, Rahma harus meninggalkan lokasinya berdagang. Peralatan ruko itu tidak disewakan lagi oleh sang empunya. Rahma pun mencari lokasi baru, hingga akhirnya mendapat tempat di Serpong. Ongkos sewanya Rp 1,25 juta per bulan.
Rahma harus berbagi lahan dengan pedagang makanan yang lainnya di lokasi itu. Meja, kursi, dan tisu juga harus berbagi. Meski harus berbagi, untungnya adalah di antara pedagang bisa sharing pembeli. Pembeli soto atau sate bisa mencoba tahu campur yang mungkin masih dirasa asing oleh sebagian orang. “Tetapi kadang-kadang karena pembeli tahu campur lebih ramai, urusan sendok yang hilang sering terjadi. Bahkan tisu habis pun bisa menimbulkan ketegangan sesama pedagang,” kata Rahma.
Karenanya, Rahma ingin sekali bisa segera punya kedai sendiri. “Pengen banget buka di Pasar 8 Alam Sutera. Modalnya sudah kamisiapkan. Ya, baru-baru ini saja, masih kecil,” Kata Rahma.
Sumber : Tabloid-Kontan.26-Febuari-4-Maret-2018.