Mengelola Keuangan Zaman Now.Bisnis Indonesia Weekend.15 April 2018.Hal.10

“Keuangan terorganisasi akan menghasilkan keputusan yang lebih baik, komunikasi yang lebih baik, dan hasil yang lebih baik untuk perusahaan pemula dan usaha kecil.” – Tom Mcifle (Founder & CEO Top Coach Indonesia)

Lebih besar pasak daripada tiang. Peribahasa yang pas untuk menggambarkan suatu kondisi di mana pengeluaran lebih besar ketimbang pemasukan. Hasil riset yang dikeluarkan oleh Kadence Internasional pada 2015 menyatakan bahwa sebesar 28% orang Indonesia memiliki kebiasaan gaya hidup konsumtif yang tidak sehay alias pengeluaran mereka lebih besar daripada pemasukan.

Yang menarik adalah ada fakta yang menyedihkan bahwa lebih dari 90% pemilik bisnis kecil tidak memiliki keuangan yang akurat, dapat diandalkan, dan mutakhir. Dahulu ada banyak alasan untuk ini: mengatur keuangan memakan waktu, rumit, dan mahal.

Pemilik usaha kecil dan pengusaha hanya dihadapkan pada dua pilihan, yakni menyewa seorang akuntan atau mengabaikan sisi keuangan bisnis Anda sampai benar-benar diperlukan. Untungnya, hal ini tidak perlu lagi terjadi.

Empat tip sederhana ini dapat membantu pengusaha mengatur dan mengelola bisnis mereka dengan lebih efektif daripada sebelumnya.

Pertama, punya tujuan akhir yang jelas.

Setiap pengusaha ingin memaksimalkan nilai. Sebaliknya, definisi nilai bisa berbeda dari orang ke orang, karena sering justru bukan nilai finansial dari bisnis yang benar-benar diperhatikan oleh pengusaha. Padahal, ini adalah puncak dari segala sesuatu yang terjadi dalam bisnis: di mana telah terjadi di masa lalu, di mana dia berdiri hari ni, dan kemana tujuannya pada masa depan. Mengawasi gambaran besar bisnis Anda dapat membantu Anda tetap termotivasi dan terlibat dalam mengelola keuangan Anda.

Kedua, manfaatkan teknologi.

Saat ini, bisnis memiliki lebih dari dua pilihan, alih-alih menjadi membosankan dengan perangkat lunak akuntan atau tugas berat. Ada sejumlah opsi “jalur ketiga” yang mengandalkan teknologi yang mudah digunakan. Kita bisa menyederhanakan keseluruhan proses dengan menghubungkan langsung ke rekening bank dan kartu kredit, memberikan wawasan real time dalam bisnis keuangan, seperti arus kas dan valuasi.

Ketiga, mencatat pengeluaran dan pemasukan mingguan.

Terlalu banyak pemilik usaha kecil yang memikirkan keuangan mereka hanya jika sudah waktunya membayar pajak. Masalahnya adalah bahwa keputusan penting terjadi secara organik, tidak hanya di sekitar musim pajak. Salah satu solusinya adalah menyisihkan waktu setiap minggu untuk meninjau keuangan Anda. Tidak masalah jika Anda hanya memeriksa situasi arus kas Anda saat ini atau meninjau kinerja Anda. Yang penting adalah Anda membuat bagian pengelolaan keuangan rutin Anda. Meskipun pada awalnya mungkin terasa membosankan tetapi nantinya terbayar dalam jangka panjang.

Keempat, gunakan kerangka FOGS saat mengevaluasi keputusan.

FOGS merupakan singkatan dari finance (keuangan), operations (tindakan), goals (tujuan), dan strategy (strategi). Saat mengambil keputusan, pikirkan dampak finansial, bagaimana hal itu akan memengaruhi tindakan Anda, apakah itu memengaruhi tujuan Anda, dan sesuaikanlah dengan strategi Anda. Kerangka kerja ini merupakan inti dari setiap bisnis yang sukses, entah mereka mengetahuinya atau tidak.

Meskipun keuangan dan akuntansi membosankan, pengusaha saat ini harus mampu memanfaatkan teknologi untuk mengorganisasi data mereka sehingga mereka dapat memusatkan waktu untuk menggunakan informasi tersebut dalam bisnis. Keuangan terorganisasi akan menghasilkan keputusan yang lebih baik, komunikasi yang lebih baik, dan hasil yang lebih baik untuk perusahaan pemula dan usaha kecil.

Ada yang bilang mencari sumber pemasukan tambahan susah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mengimbangi pengeluaran. Ada yang terjebak utang tidak berkesudahan. Ada yang tak bisa menahan godaan keinginga, hingga yang paling parah adalah agar bisa disebut kekinian dan terlihat keren di mata orang lain!

Nah, ada cara mudah berhemat. Cara sederhananya adalah mengubah kebiasaan lama dalam membelanjakan uang. Misalnya, Anda suka makan di warung/kafe atau restoran. Maka Anda bisa ubah kebiasaan tersebut dengan makan di rumah. Biasa ngopi di luar diganti dengan membuat kopi sendiri di rumah. Lebih baik mengelola keuangan kekinian daripada bangkrut karena ingin terlihat kekinian.

 

 

Sumber: Bisnis Indonesia Weekend. 15 April 2018.Hal.10

Fintech & Healthtech Tak Terbendung

 

 

Oleh Nindya Aldila

 

Momentum investasi di perusahaan rintisan semakin diperkuat oleh menjamurnya bisnis finansial technology (fintech) dan layanan kesehatandigital juga bakal mendominasi tujuan investasi bagi perusahaanmodal ventura (PMV).

Pertumbuhan industri fintech dari tahun ke tahun menujukan angka yang positif. Tahun lalu, capaian penyaluran pinjaman mencapai Rp3 triliun.

Adapun beberapa perusahaan bahkan sudah menujukkan pertumbuhan portofolio hingga 10 kali lipat.

Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura Indonesia untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R. Sirait mengatakan, dua industri yang bakal menjadi tren investasi pada tahun ini adalah industri teknologi finansial (fintech) dan layanan kesehatan.

Dia mengatakan denganadanya kebutuhan akses keuangan masyarakat dan memperlebar inklusi keuanga, fintech bakal menjadi sector yang atraktif.

“Modal ventura yang fokus dalam digital akan selalu melakukan investasi atau penyertaan saham dengan melihat investment deal yang tumbuh dua kali lipat pada 2017. Ini sinyak positif utnuk digitalisasi di Indonesia,” tuturnya.

Hal tersebut juga terungkap dalam survei Indonesia Modal Ventura Outlook pada 2017 yang dilakukan oleh Google dan A.T Kearney Indonesia yang menunjukan, kendati industri fintech masih pendatang baru, tren pertumbuhan transaksi online dan pencarian alternatif dari perbankan tradisional cukup pesat.

  • Kendati industry fintech masih pendatang baru, teteapi tren pertumbuhan online dan pencarian alternatif dari perb angkan tradisional cukup pesat.
  • Tren kegiatan usaha penyertaan saham yang naik diyakini menjadi pendorong positif dinamika investasi pada kalangan startup.

Untuk itu, 67% responden meyakini fintech akan naik daun. Survei tersebut juga berasal dari responden yang merupakan 25 PMV yang terdiri dari perusahaan lokal dan asing.

Berdasarkan data OJK, pembiayaan perusahaan modal ventura dalam negeri telah mencapai Rp7,14 triliun tau naik sekitar 5% pada Januari 2018 dibandingkan dengan Januari 2017.

Kegiatan usaha pembiayaan bagi hasil masih mendominasi sekitar Rp5,4 triliun, diikuti oleh penyertaan saham dan obligasi konversi yang masing – masing mencapai Rp1,26 triliun dan Rp475 miliar.

MODAL VENTURA

Saat ini, sudah ada 67 perusahaan di industri modal ventura hingga Januari 2018. Jumlah tersebut naik jika dibandingkan dengan Januari 2017 yang berjumlah 62 perusahaan modal ventura konvensional.

Dengan demikian, tren kegiatan usaha penyertaan saham yang naik diyakini menjadi pendorong positif  dinamika investasi pada kalangan perusahaan startup.

Ditinjau dari keamanannya, OJK sudah mengatur dan mengawasi pemain fintech yang telah teregristasi.

Selain itu, edukasi masyarakat terkait pelindungan konsumen yang semakin ditegakan oleh perusahaan fintech memberikan kenyaman.

Atmosfer investasi modal ventura semakin naik dari tahun ke tahun. Ditambah lagi akan didorong oleh wacana Kementerian Keuangan untuk memberikan kebijaksanaan insentif untuk mendorong masuknya arus investasi di Indonesia, terutama untuk kalangan UKM.

Waca tersebut dilatarbelakangi tingginya pertumbuhan industry digital dan e-commerce beberapa tahun terakhir.

CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan, saat ini eksistensi PMV memberikan kontribusi yang besar bagi pengembangan bisnis fintech, mengingat kepemilikan ekuitas perusahaan fintech masih disokong secara mayoritas oelh PMV.

Perusahaan yang mendapat suntikan dana dari Sequoia Capital dan Alpha JWC Venture ini terus menunjukan pertumbuhan yang sangat signifika. Modalku  mencata telah menyalurkan lebih dari Rp1,33 trilliun pinjaman modal usaha bagi kalangan UMKM di Indonesia, Singapura, dan Malaysia pada 2017. Adapun sampai awal maret, distribusi pinjaman khusus di Indonesia sudah mencapai Rp640 miliar atau tumbuh hamper sekitar 20 kali lipat disbanding tahun lalu.

“Potensi besar, tetpai seperti yang kami lihat pemainnya sudah banyak. Jadi lebih pada pertumbuhan dari perusahaan yang sudah ada versus penampakan perusahaan yang semakin banyak,” tuturnya.

Hal senada juga disampikan oleh Wakil Sekjen Amvesindo Rimawan Yasin.

Menurutnya, dalam lima tahun ke depan, fintech bakal mendominasi. Hal tersebut didukung dengan transaksi digital yang semakin digaungkan.

Sementara itu, survei teresebut juga menunjukan bahwa 25% responden memilih layanan kesehatan online yang tengah berkembang di Indonesia mengingat meningkatnya kemampuan dan segmen kesehatan belum tergarap maksimal.

Menurutnya, dengan tingginya kebutuhan layanan kesehatan yang dapat menolong saat keadaan darurat, investasi di segmen ini juga cukup menggiurkan.

Aplikasi tersebut membantu ketika ada seornag anggota keluarga yang sak, dan dengan aplikasi kita bisa langsung terhubung dengan dokter.

“Era e-commerce sudah jenuh, nah ke depan akan muncul healthtech, startup yang berkecimpung di teknologi yang berkaitan dengan industry kesehatan. Sekarang sudah banyak aplikasi penyedia layanan tersebut,” ujarnya.

Di samping kedua industri tersebut, 8% sisanya menyebutkan bahwa industry agitech dan service on demand bakal menjadi sasaran lanjutan.

Menurutnya, era e-commerce sudah jenuh dengan demikian, tujuan investasi  ke industry tersebut bakal lebih ramai. Bahkan, beberapa di antaranya mulai masuk untuk berinvestasi ke industry kreatif. Dinamika investasi di ranah startup yang sangat cepat, membuat PMV semakin yakin dengan kecepatan pengembalian modal.

Namun, hal tersebut tergantung dari kelancaraan usaha dan pertumbuhan startup itu sendiri.

 

Sumber: Bisnis-Indonesia.27-Maret-2018.Hal_.22

Menyiapkan Masa Pensiun Berkualitas

Sama Seperti merencanakan dana pendidikan atau persiapan membeli rumah, pensiun juga penting untuk diantsipasi jauh – jauh hari. Apalagi, kebutuhan di hari tua sangat besar, jauh lebih tinggi dari biaya pendidikan anak atau beli rumah.

Salah satu faktor tingginya daan hari tua adalah akibat inflasi setiap tahun, mulai dari saat memasuki usia pensiun hingga saat memasuki usia pensiun hingga berapa lama dana itu-bertahan untuk membiayai kehidupan. Jadi, anda harus berhitung apakah untuk 15 – 20 tahun atau lebih?

Karena nilai sangat besar, maka perjalanan mengakumulasi dana untuk hari tua adalah perjalanan panjang dan membutuhkan kedisiplinan layaknya seperti lari marathon.

Masa pensiun adalah waktu ketika penhasilan terhenti yang disebabkan telah memasuki usia pensiun bagi karyawan, atau bagi pengusaha dan professional tidak dapat terus bekerja lantaran kondisi fisik yang semakin menua. Memiliki aset yang menghasilkan pendapatan pasif bisa mulai dari sekarang.

Perencanaan keuangan OneShildt Budi Raharjo menyarankan untuk mulai mengakumulasi dana hari tua sejak berja demi kemandirian finasial di hari tua. Dengan memulai sejak dini, maka persiapan untuk hari tua tidak akan terasa berat bagi pengeluaran.

“Sejak bekerja di usia 20-an tahun sudah menyisihkan 10% dari penghasilan untuk diinvestasikan guna persiapan dana hari tua. Awalnya mungkin berat, namaun nilai tersebut akan semakin tidak terasa ketika penghasilan meningkat setiap tahunnya,” jelas Budi.

Sebagai ilustrasi, katakanlah anda saat ini berusia 22 tahun, masa pensiun anda 55 tahun. Selama 1 tahun penghasilan yang di dapat adalah Rp60 juta. Gaya hidup pensiun dari gaji adalah sebesa70%.

Apabila merencanakan dana pensiun untuk kebutuhan selama 15 tahun, paling tidak kebutuhan hari tua adalah sebesar Rp3 miliar.

Guna mencukupi kebutuhan tersebut paling tidak anda harus melakukan investasu sebesar Rp 5,9 per tahun.

Semakin Anda menunda dalam memulai perencaan masa tua maka akan semakin besar pula beban persentase investasi setiap tahunnya untuk mecapai target dana pensiun yang diinginkan.

Selain itu, dengan mempersiapkan sejak dini, Anda memiliki lebih banyak alternatif instrumen keuangan yang akan digunakan, kemudahan pengaturan keuangan, serta dapat mengelola resiko lebih baik untuk mendapatkan tingak imbal hasil yang lebih tinggi.

“Bagi karyawan, sebagian kebutuhan dana hari tua dapat diperoleh dari pesangon pensiun dana tau program dana pensiun yang disediakan perusahaan,” ujarnya.

Kendati begitu, lanjutnya untuk dapat mempersiapkan dana hari tua yang memadai tetap memerlukan inisiatif pribadi. Apalagi untuk penguasaha dan professional (self – employed), mereka perlu mempersiapkan segala sesuatunya sendiri.

PENASIHAT KEUANGAN

Untuk membuat perencaan yang baik, direkomendasikan berkonsultansi dengan penasihat keuangan yang memahami tentang persiapan pensiun. Tujuannya adalah membantu untuk menilai kebutuhan dana hari tua serta bagaimana cara mencapainya.

Banyak alternatif yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan hari tua. Anda dapat menambah kontribusi dalam program dana pensiun, membeli reksa dana, program asuransi yang memiliki manfaat tabungan atau investasi, atau emas.

Beberapa orang juga melakukan investasi dengan membeli tanah atau property yang memberi penghasilan pasif seperti ruko dan rukan atau kos – kosan. Menurut Budi, dalam memilih produk investasi yang terpenting sesuaikan dengan profil, pengetahuan, maupun kondisi keuangan.

“[Rumusnya adalah] memulai sejak dini, jangan terlalu konservatif dalam berinvestasi, perhitungkan dengan saksama kebutuhan dana hari tua yang diperlukan, disiplin, hindarkan dari penggunaan dana hari tua untuk hal – hal yang tidak mendesak atau pening’ paparnya.

Berikut langkah – langkah yang perlu dipersiapkan untuk merencanakan masa pensiun: Perkirakan kebutuhan dana per bulan. Untuk yang masih di awal karier, memperkirakan kebutuhan ini dapat berbasis penghasilan.

Bagi yang sudah menjelang memasuki usia pensiun dapat menggunakan pendekatan yang lebih akurat dengan memeriksa pengeluaran rutin bulanan dan mengindetifikasi pengeluaran yang akan meningkat, menurun, atau bahkan hilang ketika sudah memasuki usia pensiun.

“sebut saja misalnya cicilan utang, seharusnya saat memasuki usia pensiun ini sudah ditiadakan. Sedangkan hal yang harus diantisipasi, misalnya, biaya pendidikan anak apakah masih dikeluarkan atau telah usai ketika seseorang memasuki usia pensiun.”

Kedua, hitung kebutuhan bulanan tersebut di masa yang akan datang baik akibat pengaruh inflasi atau kenaikan penhasilan. Pengaruh bunga – berbunga majemuk juga harus dilibatkan agar tidak terjadi kesalahan perkiraan yang sering kali terjadi di kalangan awam.

Ketiga, buat asumsi berapa lama dana hari tua dapat mendukung kebutuhan. Apakah sampai 15 – 20 tahun atau selamanya.

Keempat, hitunglah selisih atau gap kesediaan dana saat ini dnegan kebutuhan masa depan.

Kelima, buatlah rencana agar tujuan dana hari tua yang diinginkan dapat diraih serta pemiliha instrunen sesuai dengan profil dan konsisi keungan.

Keenam, pantau secara rutin, bisa tahun untuk mengevaluasi apakah kita semakin mendekati tujuan atau menjauh dari kebutuhan dana hari tua yang diperlukan.

 

Sumber: Bisnis-Indonesia-Weekend.18-Maret-2018.Hal_.4

Jaga Isi Dompet dari Godaan Media Sosial

Oleh Asteria Desi Kartika Sari

 

Bagi Jessica Jones, perempuan 26 tahun, media sosial seperti Instagram dapat mendorong orang untuk menghabiskan uang. Warga California itu mengaku sering membeli sepatu ataupun makeup melalui sosia media milik facebook.

Jones mengaku bisa kepincut sepasang sepatu hak tinggi merek Dolls Kill dengan sulaman mawar merah hanya dengan melihat – lihat promosi via aplikasi berbagi foto itu.

Apa yang dialami Jonse sudah jadi fenomena lumrah. Sebuah studi menemukan sebanyak 57% masyarakat Amerika Serikat mengeluarkan uang mereka tanpa perencanaan.

Kimberly Palmer, pakar keuangan pribadi NerdWallet mengatakan media sosialdapat memberikan ide gaya fesyen untuk liburan, atau bahkan tren perhiasan yang sedang ngehits. Tidak ada yang salah dengan itu, tapi mungkin tidak sesuai dengan anggaran Anda,” kata Palmer seperti dikutip Reuters.

Palmer melanjutkan bahwa untuk menekan pembelian impulsive, anda perlu memutuskan terlebih dahulu apakah mengakses Internet untuk berbelanja atau hanya sebatas refreshing. Tutup tombol belanja lainnya untuk membatasi pengeluaran.

Selain itu, katanya, jangan buru – buru membeli barang. Dia menyarankan untuk memasukan barang ke dalam keranjang belanja terebih dahuu, kemudian dalam satu atau dua hari untuk mengabil keputusan apakah membeli atau tidak.

“itu membuat mengambil langkah untuk menunda, sehingga dapat menanyakan [pada diri sendiri] apakha  pembelian sesuai dengan tuhuan dan anggaran Anda,” katanya.

Selain itu, berdasarkan survei yang oleh Allianz Life Insurance Co., di Ameriak Utara hamper  90 % generasi milenial terdorong untuk membandingkan kekayaan dan gaya hidup mereka dengan orang lain. Sementara itu, pada generasi X, sebesar 71%, dan generasi baby boomer hanya 54%.

Siring dengan kecanggihan teknologi dan booming-nya media sosial dengan mudah terus menerus kepo gaya hidup orang lain, dan kemudian menirunya.

“Ini bisa menjadi pengaruh yang luar biasa pada bahaimana Anda melihat dunia. Jika Anda terlalu banyak memerhatikan, Anda munkin mulai membuat keputusan yang tidak Anda inginkan dalam pengeluaran Anda,” kata Paul Kelash, Wakil Presiden Wawasan Konsumen Allianz Life.

Oleh karena itu, untuk menghindari masalah keuangan akibat mengikuti gaya hidup orang lain di media sosial, yang paling penting bagi Anda adalah mengetahui kebutuhan diri sendiri.

Kelash menyarankan agar menanyaan pada diri Anda sendiri apakah benar – benar membutuhkan  barnag yang anda lihat di Instagram, atau hanya menginginkannya saja.

Dalam survei Allianz Life, lebih dari setengah dari generasi millennium, atau sebanyak 61% mengaku merasa kurang puas tentang kehidupan mereka sendiri. Mereka mengganggap gaya ideal adalah apa yang ditampilkan di media sosial.

Hal senada diungkap oleh Joanna Zheng, analis ekuitas asal New York. Media sosial menjadi godaan untuk membelanjakan uang.

“Meliihat seorang teman [di Facebook atau Instagram] yang berpakaian bagus atau memiliki dompet lucu membuat saya juga ingin memilikinya,” kata Zheng.

Baru – baru ini, Zheng membeli sepasang sepau peso Allboys Merino sekitar US$100 yang disarankan teman setelah melihat beberapa iklan di Facebook.

Perusahaan periklanan memahami seberapa kuat iklan media sosial. Pada 2017, Facebook sendiri mengahsilkan US$39,9 miliar pendapatan dari iklan. Perusahaan akan membayar ratusan bahkan ribuan dolar untuk membayar ratusan bahkan ribuan dolar untuk produk yang diposkan pada media sosial pleh influencer dengan pengikut besar.

 

Sumber: Bisnis-Indonesia-Weekend.25-Maret-2018.Hal_.4

Hindari Buntung Investasi Barang Mewah

Diluar cara – cara investasi yang biasa seperti membeli property, saham, ataupun komoditas, memberli barang – barang mewah juga bisa disebut investasi.

Menjadikan barang – barang mewah atau luxury goods sebagai bentuk investasi dilatarbelakangi asumsi bahwa barang – barang itu bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi di masa depan.

Bagi pencinta tas mewah seperti Hermes, Chanel, atau Louis Vuitton, barang yang dikoleksi itu tak sekedar aksesoris pelengkap penampilan atau cara untuk masuk dalam strata elite.

Di balik itu terdapat sebuah investasi dengan nilai yang tinggi. Salah satu contoh, Hermes Birkin dengan kulit buaya menjadi produk dengan harga jual tertinggi karena dilengkap dengan 200 butir berlian 8,2 karat.

Inestasi barang mewah juga dapat dikatakan sebagai investasi alternative dikatakan sebagai investasi alternatif dari investasi kovensional. Dengan kata lain, investasi tersebut menjadi langkah untuk mediversifikasi portofolio dan memitigasi resiko investasi.

Kendati demikian, investasidi barang mewah memiliki resiko yang tinggi. Pasalnya, bukan tidak mungkin harga barang jatuh ketika investor tidak bisa menemukan pembeli yang rela merogoh kocek lebih dalam. Prencana keuangan Tatadan Consulting Tejasari Asad menutukan bahwa perluang investasi barang mewah masih besar, apalagi pemain barang untuk investasi tersebut terbilang tidak banyak. Dia mengatakan keuntungan yang mewah bisa didapat dari investasi barang mewah bisa mencapai 10% hingga 30%. Namun, tidak ada investasi yang tidak memilii resiko, semakin besar keuntungan, makaresiko juga semakin tinggi. Menurutnya, investasi di barang merah juga memiliki resiko yang tinggi, sama halnya bermain investasi properti

“Konsekuensinya kita juga harus berhati – hati. Artinya mesti tahu banget trik triknya bagaimana menemukan pembeli, dan harus tahu pemeliharaannya seperti apa, karena unjung – ujungnya kalau salah pelihara jadi rusak, tidak bisa dijual lagi,” paparnya.

Apalagi hal tersebut terjadi, keuntungan yang sudah dibayangkan dari awal hanya menjadi sebuah mimpi belaka karenayang didapat malah bunting. Selain pemeliharaan, investor harus tahu tren barang mewah yang sedang on point pada zamannya.

“Misalnya, investasi jam tangan Rolex, eh ternyata waktu dijual sudah bukan trennya lagi. Jadi sudah tidak laku lagi di pasaran, terus buntung karena jatuh harga,” tuturnya.

Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila ingin investasi barang mewah. Pertama, perhatikan pendapatan dan portofolio investasi yang dimiliki supaya likuiditas keuangan tidak terganggu. Pasalnya investasi barang mewah membutuhkan modak yang besar.

Kedua, investor harus mengalokasikan biaya dan mengetahui cara pemeliharaan terhadap barang mewah tersebut, untuk menjaga supaya barang masih memilik nilai yang tinggi. Diantaranya dengan penyimpanan yang benar untuk menjaga kelembapan udara agar tidak merusak barang.

Ketiga, investor harus masuk dalam komunitas yang menyukai barang mewah agar lebih update terhadap berbagai informasi seputar luxury goods. Dengan masuk dalam komunitas, investor juga dapat mengetahui minat pasar terhadap barang mewah yang dimiliki.

Bahkan, dari komunitas bisa mendapatkan calon pembeli. Apabila seseorang sudah memiliki hobi untuk mengeloksi barang mewah, semahal apapun barangnya tetap akan dibeli.

“jadi harus aktif di komunitas misalnya berinvestasi pada tas mewah, ya, eksis dengan orang – orang yang menyukai tas mewah. Karena tidak mengerti, harga akan ikut jatuh,” tambahnya.

Sumber: Bisnis-Indonesia-Weekend.11-Maret-2018.Hal_.4

Kebiasaan Menyehatkan Keuangan

Budaya konsumsi di Indonesia semakin tinggi terutama adanya bisnis online. Begitu mudah dan murahnya berbelanja mulai dari barang produksi UKM sampai barang impor.

Yang menarik, Bank Indonesia mengunkapkan bahwa sebesar 62% dari rumah tangga ternya belum memiliki tabungan. Bukan soal pendapatan tetapi kesadaran saja belum ada.

Agar tidak menjadi masalah pada masa depan kita perlu memikirkan teknik memiliki keuangan yang sehat. Apa yang kita kerjakan pada masa muda menjadi bekal pada masa tua, termasuk kebiasan mengatur keuangan, bisa menjadi pondasi keuangan pada masa mendatang. Berikut ini beberapa kebiasaan baik pada asa muda yang bisa membentuk keuangan yang sehat:

Pertama, belanja cerdas. Kebiasaan belanja memberi pengaruh cukup besar pada kondisi keuangan seseorang. Hal ini berkaitan dengan bagaimana orang tersebut mengahabiskan uang, baik untuk memenuhi kebutuhan pribadi maupun keluarga. Semakin mudah anda mengeluarkan uang, emakin cepat habis uang anda.

Untuk belanja barang tertentu di luar kebutuhan sehari – hari, misalnya ponsel, perabotan rumah, barang elektronik pertimbangkanlah untuk membelinya secara kontan. Membeli secara kredit artinya menambah biaya yang harus anda keluarkan karena ada bunga kredit. Anda harus membayar jauh lebih mahal. Jika memang barang tersbut tidak diperlukan sesegera mungkin, bersabarlah dengan menabung lebih dahulu.

Kebutuhan sehari – hari harganya mungkin murah tetapi karena jenisnya banya dan rutin jika dikalkulasikan, maka jumlahnya bisa tinggi ada beberapa tip jitu yang bisa menghemat pengeluaran Anda saat berbelanja kebutuhan sehari – hari, yakn buatlah prioritas barang yang akan dibeli. Jika ada kelebihan uang untuk membeli barang yang lain, pastikan bahwa barang tersebut memang memiliki manfaat untuk anda.

Sebelum pergi berbelanja, buatlah daftar barang yang akan dibeli. Selain agar tidak ada yang terlupa, juga untuk menghindari pembelian barang di luar rencana.

Selanjutnya, pilihlah tempat yang menjual barang – barang kebutuhan dengan harga lebih murah. Ritel modern umumnya memiliki waktu promosi untuk produk – produk tertentu. Misalnya, setiap akhir pekan dengan. Manfaatkanlah promo semacam ini untuk menghemat pengeluaran.

Terakhir, pilihlah produk berkualitas baik, alih – alih produk murahan agar bisa dipakai lebih lama. Ada anggapan “harga bawa rupa”. Tetpai itu tidak selalu benar. Tidak semua barang mahal memiliki kualitas terbaik. Sebaliknya, tidak berarti harga murah memiliki kualitas rendah. Bijaklah menyikapi masalah kualitas dan harga ini. Setiap konsumen pasti inginnya membeli barang berkualitas dengan harga murah.

Kedua, buatlah pos anggaran khusus untuk pengeluaran yang bersifat wajib dan jangan diganggu gugat. Jangan gunakan anggaran dalam pos ini untuk keperluan di luarnya. Misalnya, anggaran dapur cicilan rumah, cicilan kendaraan, tagihan listrik, tagihan air, biaya sekolah, dan sebagainya.

Membuat pos anggaran seperti ini membantu Anda mengelola uang dengan rapi. Anda akan tahu ke mana saja dana Anda mengalir. Selain itu kebiasaan in akan menghindarkan anda dari keterlambatan pembayaran cicilan. Disi[lin membayar tagihan sebeum tanggal tempo akan menghindarkan Anda dari denda. Adanya denda berarti adanya pengeluaran tambahan.

DISIPLIN

Disiplin membayar cicilan, selain bebas biaya keterlambatan, juga dapat memelihara kepercayaan kreditur kepada anda.

Ketiga, menabung itu penting, dan bukanlah jargon semata. Jika anda masih belum memiliki tabungan, mulailah dari sekarang juga.  Lakuakn selama 6 bulau atau 1 tahun ke depan, dan lihatlah sendiri manfaatnya. Sisikan walau sedikit, sejumlah uang dari penghasilan bulanan anda. Ambil bagian tabungan di awal gajian, jangan di akhir. Menyisihkan sedikit uang pada saat masih banyak akan terasa lebih mudah dibandingkan dengan menyisihkannya saat sudah sedikit.

Tabungan anda bisa berupa yang yang dismpang di bank ataupun emas batangan. Menabung emas bisa lebih menguntungkan karena harga jualnya cenderung naik seiring dengan waktu. Saat ini emas batangan ada yang berukuran 1 gram. Cocok untuk pemula yang ingin menabung emas setiap bulan.

Keempat, investasi adalah pilihan yang tepat untuk mendapatkan penghasilan tambahan, selain penghasilan tetap. Ada banyak bentuk investasi yang cocok untukpara pemula berusai muda. Reksadana, misalnya bisa dimulai hanya dengan uang Rp 100.000.

Reksadana cocok untuk yang mencari eksadana, misalnya bisa dimulai hanya dengan uang Rp 100.000.

Reksadana cocok untuk yang mencari passive income mendapat penghasilan tanpa bekerja.

Pilihan lainnya adalah investasi pada valuta asing, komoditas, saham, obliggasi, logam mulia, dan property. Anda juga bisa bekerja sama membangun usaha sendiri, di luar pekerjaan utama. Pelajarilah mana yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan anda. Setiap investasi memiliki resiko dan manfaat. Anda harus siap dengan kemungkinan resiko yang bisa terjadi.

Dana yang digunakan untuk berinvestasi sebaiknya adalah dana tabungan atau dana di luar kebutuhan pokok. Jangan habiskan semua dayang yang anda untuk berinvestasi di satu bidang. Jika terjadi kerugian maka anda akan benar benar mengalami kesulitan keuangan. Kelima, berbagi atau sedeah merupakan salah satu cara bersyukur atas rezeki yang diperoleh. Bahkan, cara ini diyakini dapat membuka pintu rezeki berikutnya. Gemar berbagi asalah sikap bijaksana yang mencerminkan kedewasaan pemukiran dan pengelolaa kekayaan. Orang yang senang berbagi disukai banyak orang dan lebih mudah menjalin kerja sama bisnis dengan orang lain.

Berbagilah dengan cara membantu kaum dhuafa, baik secara langsung maupun lewat lembaga sosial. Berbagilah walau sedikit, dan tingkatkanlah seiring dengan meningkatnya pendapatan.

Sumber: Bisnis-Indonesia-Weekend.4-Maret-2018.Hal_.10

Tanda-tanda Keuangan Sehat

Oleh Prita Hapsari Ghozie

Someone sitting under the tree today because he planted the seed years ago

Pepatah terkenal dari Warren Buffett ini merupakan salah satu pengingat saya dalam mengelola keuangan. Untuk dapat meraih apa yang diinginkan butuh proses dan perjuangan. Salah satunya dengan membuat perencanaan keuangan. Setiap tahun, kondisi keuangan seseorang dapat berubah-ubah. Namun, Anda dapat mengenali tanda-tanda yang harus dimiliki agar memiliki keungan yang sehat.

Pertama, jumlah cicilan kredit perumahan atau apartemen. Secara umum, batasan maksimal yang masih ideal untuk membayar cicilan pinjaman perumahan adalah 25 persen dari penghasilan yang diterima. Cara menghitungnya adalah cicilan KPR bulanan yang dibayarakan harus dijumlahkan, lalu dibagi dengan jumlah penghasilan sebulan. Sebagai contoh, apabila penghasilan seseorang Rp 30 juta per bulan, kemampuan ideal untuk membayar cicilan pinjaman menjadi maksimal Rp 7,5 juta per bulan.

Kedua, saldo utang konsumtif, seperti utang kartu kredit. Saran terbaik tentu saja tidak punya utang kartu kredit setiap bulannya dengan cara membayar lunas tagihan saat jatuh tempo. Namun, jika masih ada cicilan untuk membayar kartu kredit, jumlah ideal sebaiknya tidak lebih 10 persen dari penghasilan bulanan.

Ketiga, dana darurat di rekening tabungan. Secara umum, jumah minimal dana darurat yang sebaiknya dimimiliki setiap rumah tangga sebesar tiga kali lipat dari pengeluaran rutin bulanan. Misalnya pengeluaran rutin sebuah rumah tangga di luar komitmen menabung adalah 20 juta, saldo dana darurat yang wajib ada 60 juta. Namun, kondisi rumah tangga juga ikut menentukan besaran dana darurat yang sebaiknya disiapkan. Faktor lain yang mempengaruhi adalah jumlah tanggungan, banyaknya aset seperti rumah dan kendaraan, dan kondisi kesehatan anggota keluarga.

Keempat, memiliki proteksi atas jiwa, kesehatan, dan aset pribadi. Asuransi adalah produk keuangan yang bisa memberikn fungsi proteksi terhadap kondisi keungan rumah tangga. Semua anggota keluarga sebaiknya memiliki asuransi kesehatan karena resiko sakit dapat menimpa setiap orang, yang akan berdampak pada kondisi keungan rumah tangga. Jika seseorang punya tanggungan seperti pasangan ataupun anak, asuransi jiwa murni wajib dimiliki oleh yang memiliki tanggungan saja. Apabila ada aset lain. Seperti rumah atau mobil, aset juga sebaiknya dilindungi dengan produk proteksi.

Kelima, memiliki saldo dana pensiun yang memadai. Mempersiapkan dana hari tua adalah tanggung jawab setiap orang. Investasi untuk mempersiapkan dana pensiun, bukan sekadar menabung saja, sebaiknya dilakukan. Seseorang yang saat ini berusia 30 tahun dan berencana pensiun di usia 55 tahun artinya masih punya waktu sekitar 25 tahun untuk mengumpulkan dana pensiun. Apabila dia menabung di tabungan dengan suku bunga 3 persen per tahun, saldo dana pensiun yang akan terbentuk secara tematis adalah Rp 223 juta. Sementara jika dia berinvestasi di reksa dana saham dengan potensi imbal hasil rata-rata 15 persen per tahun tahun, saldo dana pensiun yang akan terbentuk secara metematis adalah Rp 1,5 miliar. Selisih yang berbeda sekali, bukan?

Keenam, aset investasi yang terdiversifikasi. Berapa banyak aset investasi yang dimiliki rumah tangga? Keungan yang sehat sebaiknya memiliki aset yang tersebar ke dalam beberapa jenis kelas aset investasi. Misalnya, jika seseorang yang berprofil moderat memiliki aset iinvestasi sejumlah Rp 100 juta, setidaknya dana Rp 25 juta ditempatkan di deposito dan Rp 25 juta ditempatkan di reksa dana campuran.

Kenam criri di atas secara bersamaan akan mengindikasikan sebuah kondisi keunagan yang sehat. Artinya, punya dana darurat tanpa punnya dana pensiun menujukkan keuangan belum 100 persen sehat meskipun sakitnya juga tidak parah. Seseorang dapat mengemukakan keenam ciri tersebut apabila rajin melakukan evaluasi kesehatan keunagan atau yang di kenal dengan istilah financial check-up.

Untuk memulai sebuah rencana keungan, selalu lakukan evaluasi atau check-up terlebih dahulu. Memang punya rencana keungan tidak menjamin anda 100 persen akan kaya raya. Akan tetapi, anda akan lebih tenang karena tahu apakah dana investasi sudah cukup untuk pendidikan atau mengetahui jika saat ini baru bisa mendanai pensiun hingga usia 70 tahun. Jadi saya percaya bahwa Anda tidak perlu jadi seorang ahli keungan, tetapi Anda harus paham bagaiman mengelola keuangan keluarga sendiri. Live a beautiful life!

 

Sumber: Kompas.24-Februari-2018.Hal_.24

Mengoptimalkan Pemberdayaan dalam Mem-“boosting” Kinerja “Sales”

Mengoptimalkan Pemberdayaan dalam Mem-“boosting” Kinerja “Sales”

Yudi merupakan manajer penjualan di salah satu perusahaan TI yang cukup terkemuka di wilayah Ibu Kota. Dalam rapat tahunan, perusahaan memberikan target peningkatan penjualan sebesar 30 persen dari pencapaian tahun. Target yang tinggi ini membuatnya harus berpikir ulang, khususnya dalam membuat strategi yang berbeda untuk memberdayakan tim kerjanya.

 

TANTANGAN terbesar Yudi adalah tingkat turn over yang cukup besar dalam timnya. Tahun lalu, 40 persen anggota timnya adalah sales baru. Seringnya perubahan komposisi tim menyebabkan Yudi harus melatih mereka agar mampu bekerja sesuai dengan tantangan kinerja.

Proses coaching hampir selalu dilakukan, tetapi pertanyaannya, apakah coaching yang dilakukannya itu sudah cukup untuk memberdayakan timnya? Hal ini mungkin tidak saja menjadi pertanyaan bagi Yudi, tetapi juga manajer penjualan lainnya.

Metode coaching sudah cukup lama digunakan sebagai cara untuk membantu pencapaian kinerja. Hal yang dilakukan adalah memaksimalkan potensi pribadi yang dimiliki karyawan melalui proses stimulasi dan mengeksplorasi pemikiran serta proses yang kreatif. Namun, coaching sering dianggap sebagai ajang mencari kesalahan tim sehingga manajer lebih fokus membahas permasalahan bukan solusi. Lalu, bagaimana metode coaching yang ideal, khususnya untuk tim sales?

Di dalam sales coaching, seorang pemimpin sebaiknya memahami perbedaan peran seorang manajer penjualan dengan sales coach. Banyak manajer penjualan yang berlatar belakang seorang top sales person yang dipromosikan menjadi manajer. Prestasi ini sering kali menjadi “kebanggaan pribadi” yang digunakan dalam mendorong timnya mencapai keberhasilan dengan cara yang sama. Akibatnya, seorang manajer penjualan tidak berbeda dengan seorang “bos” yang melihat segala sesuatu dari sudut pandang diri seorang atasan. Cara pandang ini berbeda dengan seorang sales coach. Seorang sales coach memosisikan timnya sebagai partner kerja sehingga dalam coaching session tersebut, tim dapat merasa nyaman dalam mengeluarkan ide dan solusi. Saat coaching session berlangsung seorang sales coach harus menstimulasi tim berpikir kreatif, mandiri, dan tidak ketergantungan selalu pada orang lain.

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan sebuah proses coaching. Pertama, tahap persiapan. Seorang sales coach wajib mempersiapkan diri dengan data dan informasi secara akurat dan relevan dengan kondisi yang ada. Tahap ini memerlukan kemampuan analisis data dan informasi secara menyeluruh dan ketepatan dalam mengaitkan peluang dan permasalahan yang ada di lapangan.

Kedua, membangun hubungan positif. Saat bertemu dengan timnya, sales coach perlu menciptakan suasana pertemuan yang kondusif, sehingga coachee tidak merasa tertekan, atau merasa kurang nyaman. Menciptakan hubungan positif di awal sesi adalah langkah awal dalam menciptakan keterbukaan antara coach dan coachee.

Ketiga, menjelaskan aturan main. Seorang sales coach perlu menjelaskan fokus dari sesi coaching bukan kepada permasalahan yang terjadi. Lalu, selama proses coaching hal-hal yang dibicarakan dapat dijaga kerahasiaannya, serta harapan Anda akan proses coaching ini pun harus dijelaskan.

Keempat, komitmen waktu. Saat melakukan coaching alangkah baiknya sales coach dan coachee menyepakati durasi dari sesi tersebut sehingga masing-masing dapat mengatur iramanya. kesepakatan waktu ini dirasa penting, karena baik coach maupun coachee masing-masing memiliki jadwal yang sudah direncanakan sebelumnya.

Kelima, memahami tahapan melakukan coaching yang efektif. Penting bagi sales coach memahami langkah-langkah praktis dalam teknis pelaksanaan coaching. Sesi ini dimulai dari pembukaan dengan suasana yang terbuka dalam mendiskusikan permasalahan yang ada, dan membahas peluang serta tindakan yang akan dilakukan. Hasil pembahasan tersebut dijadikan kesepakatan akan rencana tindakan perbaikan yang perlu dilakukan, lalu membentuk komitmen mengenai hal yang harus dllakukan oleh coachee dan sales coach.

Menginginkan pencapaian target tanpa melakukan pemberdayaan yang memadai, ibarat seekor pungguk yang merindukan bulan. Sales coaching merupakan salah satu kunci dalam mem-boosting kinerja penjualan tim Anda. Tantangan Anda adalah menjadi manajer penjualan yang memiliki semangat yang tinggi dalam mencapai target serta memiliki kemampuan yang mumpuni dalam melakukan pemberdayaan timnya.

Sumber : Kompas 24 Februari 2018 | Hal 13

URL : https://www.ciputra.ac.id/library/mengoptimalkan-pemberdayaan-dalam-mem-boosting-kinerja-sales/

 

Tak Sekedar Memberi Ikan

Oleh Jalal, Zainal Abidin (Pendiri dan Komisaris, Pendiri dan Direktur Utama Perusahaan Sosial Wisesa)

Diantara pemikiran raksasa bisnis sosial, Bill Drayton salah satu yang menonjol. Ia pendiri Ashoka, organisasi yang paling memperkenalkan ide bisnis sosial. Bisa disejajarkan dengan Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank.

Drayton pernah menyatakan, pebisnis sosial tak akan berhenti sekadar memberikan atau mengajari mengail. Melainkan berusaha sampai seluruh industri perikanan berubah. Ini melanjutkan diskusi pemberdayaan masyarakat terkenal dengan pernyataan jangan berikan ikan, tapi berikan pancing.

Perumpamaan pemberdayaan masyarakat yang kami kutip terakhir itu dahulu mungkin dipandang cukup. Bila kita memberi “ikan”, tentu masyarakat bisa memenuhi kebutuhan masarakat isa memenuhi kebuthan mereka untuk sementara. Kalau kita berikan “kail”, masyarakat diharap bisa memenuhi kebutuhan dalam jangka panjang. Ada kebenaran dalam pernyataan itu.  Tapi bukan seluruh kebenaran.

Dalam puluhan tahun pemberdayaan masyarakat, kita tahu “ikan diberikan lewat donasi. Demikian pula “kail”. Tetapi apakah mereka yang diberi “kail” otomatis sejahtera? Tidak. Banyak kasus “kail” tak bermanfaat ketika mereka tak punya keterampilan memanfaatkan. Kita kerap menyaksikan alat produksi teronggok. Atau dijual.

Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang tepat dibutuhkan dalam pemberdayaan masyarakat. Masyarakat sangat terbantu bila bisa memanfaatkan alat produksi dengan teknik tepat.

Bayangkan sekelompok kecil nelayan yang memiliki kail serta perahu, plus keterampilan memancing berhadapan dengan pengusaha perikanan besar, dengan armada bertonase raksasa dan alat tangkap mengabil semua ikan di tempat-tempat nelayan itu. Apakah nelayan menjadi sejahtera? Tidak.

Menyadari persoalan ini, pemberdayaan masyarakat harus melakukan tindakan lebih jauh. Advokasi dan penegakan kebijakan perlidungan atas kelompok-kelompok rentan (vulnerable groups) harus dilakukan. Mereka tak bisa dibiarkan berbenturan dengan kekuatan besar. Upaya menjinakkan kekuatan besar perlu dilakukan. Lebih jauh lagi ide-ide seperti creating shared value serta inclusive business yang membuat hubungan masyarakat dengan perusahaan besar harus semakin dominan.

Transformasi membuat bisnis menjadi menguntungkan masyarakat menurut Drayton seluruh perusahaan di dunia perlu diubah agar membawa dampak positif, peningkatan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. Di Indonesia, perusahaan komersial memikirkan cara mendukung bisnis sosial. Beberapa pekan lalu kami melihat kerjasama PTT Exploration and Production Public Company Limited (PTTEP), perusahaan migas Thailand, dengan Dompet Dhuafa menginisisasi bisnis sosial di Sulawesi Barat.

DBS, bank asal Singapura, menggandeng National University of Singapore, malah bertahun-tahun menduung lebih dari 100 bisnis sosial di seluruh Asia, termasuk Indonesia. Semakin banyak perusahaan komersial melakukan apa yang mereka lakukan, dalam waktu dekat kita bisa menyaksikan tranformasi “industri perikanan” seperti cita-cita Drayton.

 

Sumber: Kontan.22-Februari-2018.Hal_.15

Siapakah Profesional?

Siapakah Profesional?

Oleh Ekuslie Goestiandi, Pengamat Manajemen dan Kepemimpinan

Para kolega yang sehari-hari bekerja di lingkungan bisnis, khususnya di kota besar, pasti sering mendengar kata “profesional”. Bahkan, dengan mudah seseorang bisa mengidentlfikasi dirinya sebagai seorang “profesional”, tentunya dengan pemahaman menurut versi masing-masing.

Para pegawal yang beketja di perkantoran kota besar, apalagi yang sudah menduduki jenjang jabatan staf senior dan manaje-rial, akan lebih fasih menyebut dirinya sebagai seorang “profesional”; dalam bahasa Inggris acap juga disetarakan dengan white-collars worker.

Sementara para pegawal yang bergelut di pabrik ataupun lapangan di kota kecil, apalagi yang menangani jenis pekerjaan administratif dan klerikal, cenderung menamai dirinya sebagai seorang “pekerja” biasa alias blue-collars worker.

Begitu “cairnya” pengertian kata “profesional” selama ini juga tak ada yang merasa perlu “menyalahkan” ataupun “membenarkan” pengakuan sepihak tersebut. Di awal tahun ini, saya terkesima dengan pertanyaan dari seorang pekerja muda dalam suatu forum diskusi manajemen. Pertanyaannya sederhana. “Sebenarnya, siapa sih yang pantas disebut sebagai profesional. Apa kriterianya?”

Kamus bisnis businessdictionary.com mendefinisikan profesional sebagai seseorang yang secara formal sudah disertifikasi oleh institusi/dewan profesional (yang terafiliasi dengan profesi) tertentu, karena dinilai telah berhasil menyelesaikan rangkaian pendidikan ataupun praktik yang disyaratkan. Kompetensi yang diraih (lewat proses sertifikasi tersebut) juga biasanya dapat diuji dengan mengacu kepada seperangkat standar pengukuran yang telah ditetapkan.

Secara etimologis, kata professional berasal dari kata profes, yang berarti having professed one’s vow atawa “telah menyatakan kaul/sumpah”. Dengan demikian, saat seseorang menjadi ahli di bidangnya, ia akan mulai “menyatakan” (mengungkapkan) keahliannya tersebut kepada orang lain, sekaligus juga berkaul untuk menunjukkan kinerjanya ke tingkat yang paling tinggi.

Tantangan etis

Selain soal sertifikasi, kompetensi, dan kinerja, beberapa ahli juga membedah sosok profesional dari sisi etis. Howard Gardner, guru besar psikologi Harvard Graduate School of Education, menelaah wacana etika para pelaku bisnis dari sudut plkiran manusia. Gardner percaya bahwa satu-satunya cara pelaku bisnis untuk membangun relasi yang baik dan langgeng dengan konsumen, karyawan, dan publik adalah dengan meletakkan etika sebagai dasar operasi bisnis.

 

Standar etis adalah fondasi yang membangun kualitas seseorang jadi “profesional”.

 

Dengan demikian, mereka harus mengembangkan salah satu kemampuan pikirannya, yang oleh Gardner disebut ethical-mind (pikiran etis). Dalam wawancara lawasnya dengan jurnal Harvard Business Review (Maret, 2007), Gardner mengatakan bahwa seseorang yang memiliki ethical-mind akan bertanya kepada diri sendiri: “Ingin menjadi sosok karyawan atau warga negara seperti apakah saya nantinya? Jika semua karyawan di sekitar saya berpikir sama seperti saya, atau jika mereka melakukan apa yang saya lakukan, akan seperti apakah wajah dunia ini nantinya?”

Gardner secara khusus menyoroti standar etis para pelaku bisnis. Berbeda dengan dokter atau pengacara yang memiliki sejarah perkembangan mapan, pelaku bisnis cenderung bertumbuh secara terbuka. Profesi-profesi mapan tersebut memiliki sejumlah mekanisme kontrol dan sanksi tegas kepada pelaku pelanggaran, yang dijunjung secara kuat oleh segenap anggotanya.

Sementara, pelaku bisnis sedari awal cenderung terdidik untuk menjadikan keuntungan sebagal prioritas nama. Standar etis mudah tercampakkan, karena banyak hukum dan aturan yang bersifat optional; akan direstui apabila diikuti, namun tak akan diberi sanksi (tegas) bila tak dijalankan.

Keberhasilan membangun standar etis dalam berbisnis dan berkarya, terutama ada di dalam kesadaran diri sendiri. Kita harus memutuskan di sisi mana akan berdiri. Tak dapat dipungkiri, semakin hari semakin banyak tantangan etis yang dihadapi seorang pelaku bisnis, dari urusan sederhana seperti penipuan hingga perkara raksasa semisal mega korupsi.

Gardner berpesan, “Jika tidak siap mengundurkan diri ataupun dipecat demi sesuatu yang Anda yakini, Anda bukanlah seorang pekerja, apalagi profesional. Anda hanya seorang budak belian.”

Lebih dari sekadar urusan kedalaman keahlian dan keunggulan kinerja, standar etis adalah fondasi yang membangun kualitas seseorang menjadi “profesional” dalam pengertian yang sesungguhnya.

Sumber : Tabloid Kontan 19-25 Februari 2018 Hal 29

URL : https://www.ciputra.ac.id/library/siapakah-profesional/