Menguak “Hantu” di Balik Dinding: Workshop “Of Ghosts” Ajak Mahasiswa Arsitektur UC Gali Makna Tak Kasat Mata

Surabaya, 17 Oktober 2025 – Melampaui sekadar bentuk dan fungsi, mahasiswa Arsitektur Universitas Ciputra (UC) diajak untuk “membaca” jejak, memori, dan identitas tak kasat mata dalam sebuah ruang. Wawasan ini menjadi inti dari Design Thinking Workshop bertajuk “Of Ghosts, The Invisible, and The Suspiciously Domestic Interiors” yang digelar di Studio 1834, UC Tower.

Acara ini merupakan hasil kolaborasi internasional dengan School of Architecture, Building and Design, Taylor’s University, Malaysia, yang menghadirkan dua pakar di bidangnya, Aishah Mokhtar dan Dr. Vickram Thevar, sebagai pembicara utama.


Narasi Tak Terlihat dalam Sebuah Ruang

Sesi workshop dibuka oleh Dr. Vickram Thevar yang membawakan kuliah konseptual mengenai invisible narratives in design, narasi tak terlihat dalam sebuah desain. Ia menekankan bagaimana ruang, terutama ruang domestik, dibentuk oleh kekuatan tak kasat mata (unseen forces) seperti kebiasaan, sejarah, budaya, bahkan trauma kolektif yang pada akhirnya memengaruhi cara kita merasakan dan memahami sebuah ruang.

Menurutnya, setiap desain adalah sebuah pernyataan yang disengaja, bukan kebetulan.“Semua hal yang dibangun itu ada tujuan tertentunya,” tegas Dr. Vickram. “Seperti kursi tidak hanya untuk duduk, ia bisa jadi simbol power, kedisiplinan, dan hal lainnya tergantung konteksnya. Itulah hantu bangunan, bukan accident, semua punya tujuannya.”

Gagasan inilah yang menjadi “hantu” dalam arsitektur: sebuah makna mendalam yang sengaja ditanamkan oleh perancangnya.


Menerjemahkan Konsep Menjadi Desain Berempati

Melanjutkan sesi konseptual, Aishah Mokhtar memimpin sesi workshop praktis dan design review. Di sini, para mahasiswa ditantang untuk menerjemahkan gagasan “hantu” dan “narasi tak terlihat” ke dalam sebuah proyek desain.

Fokus utamanya adalah pada emotional resonance (resonansi emosional) dan cultural layering (lapisan budaya). Mahasiswa diajak untuk tidak hanya merancang, tetapi juga “membaca” sebuah ruang dengan penuh empati, memahami konteks sosial di baliknya, dan menuangkannya ke dalam karya.

Para peserta kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membedah studi kasus, merumuskan ide, dan mempresentasikannya. Sesi ini menjadi ajang pembuktian bagaimana sebuah konsep filosofis dapat diwujudkan menjadi rancangan arsitektur yang lebih manusiawi dan bermakna.


Harapan bagi Mahasiswa yang hadir

Kolaborasi ini diharapkan dapat menumbuhkan pola pikir baru bagi mahasiswa Arsitektur UC, diantaranya:

  • Berpikir Kritis: Melihat arsitektur dan interior secara lebih reflektif, tidak hanya tentang estetika dan fungsi, tetapi juga tentang cerita di baliknya.
  • Sensitivitas Kontekstual: Mengembangkan kepekaan terhadap konteks budaya dan sosial, terutama bagaimana nilai dan tradisi yang “tak terlihat” memengaruhi sebuah desain.
  • Wawasan Lintas Batas: Memahami bahwa setiap lokasi memiliki “hantu” dan jejaknya sendiri, mendorong desainer untuk mampu membaca konteks lokal maupun global.
  • Keberanian Bereksperimen: Menumbuhkan rasa ingin tahu untuk mengolah ide konseptual menjadi ruang yang lebih hidup dan berdampak.

Workshop ini tidak hanya memperkuat pilar internasionalisasi di Universitas Ciputra, tetapi juga membekali para calon arsitek dengan kemampuan paling fundamental: merancang ruang yang memiliki “jiwa”.

Wujudkan impian kuliahmu di Universitas Ciputra!

Klik tombol di bawah untuk tahu lebih banyak tentang beasiswa & promo pendaftaran terbaru.

Artikel lain
WhatsApp